Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan kondisi APBN sudah lebih sehat dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari pembiayaan utang yang turun dan defisit anggaran yang dirancang jadi bawah 4 persen dari PDB hingga akhir 2022.
"Ini diharapkan defisit APBN kita tetap bisa lebih rendah yakni 3,9 persen defisitnya. Lebih rendah dari 4,5 persen yang ada di Perpres," ujarnya dalam konferensi APBN Kita, Kamis (11/8).
Menurutnya pembiayaan utang melalui penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) turun 54,1 persen, dari tahun lalu digunakan sebesar 487,4 triliun menjadi hanya Rp223,9 triliun hingga 31 Juli 2022.
Pembiayaan utang yang turun ini tak terlepas dari kinerja penerimaan negara yang kembali tumbuh tinggi ditopang oleh kenaikan harga komoditas. Sehingga, pada Juli 2022 APBN kembali surplus.
"Situasi pembiayaan APBN kita masih terjaga secara baik dan ini menunjukkan perbaikan luar biasa. Ini adalah indikator kesehatan APBN kita mulai kita perbaiki. Pembiayaan utang merosot tajam 49,5 persen," jelasnya.
Selain itu, pembiayaan utang melalui pinjaman juga turun 169,7 persen. "Ini artinya APBN makin diupayakan pulih kesehatannya," imbuhnya.
Kemudian, pemerintah juga masih memiliki kerja sama dengan Bank Indonesia melalui SKB I dan III. Dalam hal ini BI membeli SBN pemerintah sebagai standby buyer.
"Ini yang akan kita terus jaga supaya kesehatan APBN untuk menjadi faktor sentimen positif, sehingga pemulihan ekonomi bisa terus berlangsung," pungkasnya.