Sri Mulyani Sebut Konflik Taiwan-China Tambah Tekanan ke Ekonomi Dunia

tim | CNN Indonesia
Kamis, 11 Agu 2022 20:35 WIB
Menkeu Sri Mulyanin menilai konflik antara China-Taiwan berpotensi menambah gangguan ekonomi global.
Perang China-Taiwan dikhawatirkan berpotensi menambah gangguan ekonomi global. (ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA).
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan kondisi ekonomi Indonesia tidak baik-baik saja meski pandemi covid-19 sudah landai. Pasalnya, akan ada risiko baru yang dipicu oleh ketegangan geopolitik antara China-Taiwan.

Ia mengatakan pemerintah sangat optimistis ekonomi Indonesia pada 2022 akan lebih baik dari pencapaian 2021 yang tumbuh positif.

Namun, saat tahun ini berlangsung muncul hal tak terduga yakni perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan berbagai krisis mulai dari energi, pangan, hingga keuangan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian, disusul oleh konflik antara China-Taiwan yang dikhawatirkan kembali menyebabkan terganggunya rantai pasok.

ADVERTISEMENT

"Dan sekarang ketegangan juga melonjak tinggi di Taiwan. Ini pasti akan menimbulkan tambahan risiko pada disrupsi sisi suplai," ujarnya dalam konferensi pers APBN Kita, Kamis (11/8).

Terganggunya rantai pasok dan menyebabkan disrupsi sisi suplai ini dikhawatirkan akan membuat tekanan inflasi di berbagai negara makin tinggi.

Seperti di Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang inflasinya saat ini sudah sangat tinggi dan direspon oleh kebijakan moneter dengan kenaikan suku bunga.

Kebijakan moneter yang lebih agresif dan ketat dari negara-negara maju ini, tentu memberikan dampak yang tidak baik bagi negara di dunia termasuk Indonesia.

"Tindakan ini menimbulkan efek rambatan ke berbagai negara. Volatilitas pasar keuangan melonjak, capital outflow terjadi di negara berkembang dan emerging dan ini akan menekan nilai tukar rupiah, meningkatkan lonjakan biaya utang," jelasnya.

Kondisi ini tentu membuat negara yang sebelum dan selama pandemi kondisi keuangan negaranya memburuk jadi makin buruk. Rasio utangnya menjadi di atas 60 persen, dan bahkan ada yang sampai 100 persen.

"Sehingga IMF menyampaikan bahwa di seluruh dunia ini ada 60 negara lebih yang berpotensi hadapi krisis utang dan ini disebabkan karena biaya bunga utang yang melonjak tinggi," imbuhnya.

Kondisi pelemahan keuangan di berbagai negara dengan inflasi tinggi, serta pengetatan suku bunga dinilai akan makin memperlemah kondisi pertumbuhan ekonomi dunia.

"Kombinasi pelemahan ekonomi dunia dan inflasi tinggi adalah sebuah kombinasi sangat rumit dan berbahaya bagi para policy maker dan perekonomian. Inilah yang kita sebut risiko perekonomian bergeser, dari tadinya mengancam dari pandemi, sekarang bergeser menjadi risiko finansial melalui berbagai penyesuaian kebijakan dan lonjakan inflasi yang tinggi," pungkasnya.

[Gambas:Video CNN]



(Idy/dzu)
REKOMENDASI UNTUK ANDA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER