Aktivitas Pabrik Negara-negara Asia Mulai 'Berguguran'

tim | CNN Indonesia
Selasa, 02 Agu 2022 05:35 WIB
Aktivitas pabrik negara-negara di Asia mulai berguguran, tercermin dari PMI manufaktur sejumlah negara yang turun, baik China, Jepang, maupun Korsel.
Aktivitas pabrik negara-negara di Asia mulai berguguran, tercermin dari PMI manufaktur sejumlah negara yang turun, baik China, Jepang, maupun Korsel. (Jiangsu Information Office/Raul Ariano via AFP).
Jakarta, CNN Indonesia --

Aktivitas pabrik China terkontraksi pada Juli 2022 di tengah peningkatan kasus covid-19. Biro Statistik China (NBS) mencatat Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur turun menjadi 49 dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu 50,2.

Realisasi ini di luar ekspektasi para analis yang disurvei Reuters yang memperkirakan bahwa PMI manufaktur China meningkat ke posisi 50,4.

"Tingkat kemakmuran ekonomi di China telah turun. Fondasi untuk pemulihan membutuhkan konsolidasi," ujar Ahli Statistik Senior NBS Zhao Qinghe, dilansir Senin (1/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu faktor utama yang menurunkan PMI manufaktur China, kata Zhao, industri peleburan minyak, batu bara, dan logam.

ADVERTISEMENT

Selain itu, pabrik di China bergulat dengan harga bahan baku yang tinggi yang menekan margin keuntungan di tengah kekhawatiran resesi ekonomi global.

Kepala Ekonom sekaligus Kepala Penelitian di Jones Lang Lasalle Ing Bruce Pang menyebut pemulihan ekonomi China berjalan lambat dan rapuh. "Pertumbuhan kuartal ketiga mungkin menghadapi tantangan yang lebih besar dari yang diharapkan," katanya.

Sementara itu, PMI non-manufaktur pada Juli turun dari 54,7 pada Juni menjadi 53,8. Sedangkan, PMI komposit resmi yang mencakup manufaktur dan jasa turun menjadi 52,5 dari sebelumnya 54,1.

Tak cuma China, Korea Selatan (Korsel) juga mencatat penurunan aktivitas pabrik di negaranya. Bahkan, tercatat menjadi yang terendah pertama kalinya dalam dua tahun terakhir.

PMI manufaktur Korsel turun dari 51,3 pada Juni menjadi 49,8 pada Juli. Realisasi di bawah poin 50 tersebut merupakan pertama kalinya sejak September 2020.

Output pabrik-pabrik Korsel turun dalam empat bulan berturut-turut ke tingkat terendahnya sejak Oktober 2021 karena permintaan melemah.

"Produsen Korsel melaporkan bahwa tekanan inflasi yang kuat dan gangguan rantai pasokan yang berkelanjutan telah menghambat produksi dan permintaan di awal kuartal III," ungkap Ekonom S&P Global Market Intelligence Usamah Bhatti.

"Harga yang lebih tinggi, termasuk bahan bakar minyak, logam, dan semikonduktor mengartikan bahwa gangguan berbasis luas di seluruh sektor manufaktur," lanjutnya.

Setali tiga uang, Jepang juga mencatat penurunan aktivitas manufaktur karena kenaikan harga dan gangguan pasokan. PMI manufaktur tercatat turun ke posisi 52,1 pada Juli dari 52,7 di Juni.

Menurut Bhatti, pertumbuhan manufaktur Jepang tercatat paling lambat sejak September 2021 lalu dan arus pesanan masuk mengalami kontraksi pertama sejak Februari 2022.

"Tunggakan pekerjaan meningkat yang mengisyaratkan melemahnya output lebih lanjut selama beberapa bulan mendatang," jelasnya.

[Gambas:Video CNN]



(bir/dzu)


[Gambas:Video CNN]
REKOMENDASI UNTUK ANDA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER