Bank Indonesia (BI) memproyeksikan inflasi harga pangan akan mulai turun pada bulan ini, Agustus 2022, dan terus berlanjut hingga akhir tahun nanti.
Penurunan inflasi pangan akan ditopang oleh kenaikan pasokan seperti dipantai 46 kantor perwakilan BI yang tersebar di seluruh daerah.
"Pasokan bawang merah, cabai merah, cabai rawit, telur ayam, daging sapi, dan tentu saja yang sekarang sudah bagus adalah minyak goreng, akan meningkat. Sehingga, inflasi makanan akan turun," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Komite Stabiltias Sistem Keuangan (KSSK), Senin (1/8).
Ia menyebut inflasi harga pangan pada Juli 2022 memang cukup tinggi, yakni sebesar 11,47 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Kenaikan inflasi makanan, antara lain dikarenakan gangguan pasokan dari luar negeri, kenaikan harga pangan global, dan kondisi di dalam negeri akibat faktor cuaca dan faktor musiman.
Diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi pada Juli 2022 sebesar 4,94 persen. Angka ini merupakan tertinggi sejak 2015 silam.
"Ini hampir sama dengan perkiraan BI untuk Juli 2022. Kami perkirakan inflasi IHK (indeks harga konsumen) 4,89 persen secara tahunan (yoy)," imbuh Perry.
Meskipun inflasi IHK meningkat, ia menilai tidak perlu ada kekhawatiran lantaran inflasi inti masih cukup terjaga di level 2,86 persen atau lebih rendah dari proyeksi bank sentral sebelumnya, yakni 2,99 persen.
Inflasi inti, sambung dia, akan menjadi salah satu dasar utama BI untuk menaikkan suku bunga acuan karena menggambarkan kekuatan permintaan dan penawaran dalam perekonomian.
Di sisi lain, ia menyebut inflasi harga barang yang diatur oleh pemerintah atau administered price di level 6,51 persen karena terdapat kebijakan penambahan subsidi dari pemerintah.