In Memoriam Alex Asmasoebrata

by
Alex Asmasoebrata, politisi senior.
Andoes Simbolon.

Oleh: Andoes Simbolon*

HINGGA dikabarkan meninggal dunia hari Sabtu kemarin, saya tidak tahu persis kepanjangan MAS yang tertera di depan nama populernya, Asmasoebrata. Saya berusaha mencari tetapi tidak ketemu. Tetap saja di tulis MAS, atau ada yang menulis M.A.S Alex Asmasoebrata. Terlepas dari kepanjangan nama yang tak saya ketahui itu, saya kenal almarhum, selain sebagai olahragawan, persisnya olahraga balap mobil dan olah raga berkuda, dan pengusaha, almarhum Alex Asmasoebrata juga pernah berkecimpung di dunia politik.

Dalam politik ini lah saya pernah berkomunikasi dan berinteraksi dengan almarhum Pria kelahiran Sumedang, Jawa Barat ini pernah meniti karir di Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dan terakhir di Partai Demokrat (PD).
Alex seperti ingin mengikuti jejak orang tuanya, yang berkiprah di PDI, yaitu H Ipik Asmasoebrata. Ipik pernah menjadi anggota dan tercatat pernah duduk sebagai pimpinan Komisi I DPR RI.

PDI pernah memerahkan Ibukota pada masa kampanye pemilihan umum tahun 1992. Saat itu, Alex adalah Ketua DPD PDI DKI Jakarta. Meski perolehan suara PDI naik , Alex tak pernah menikmati kursi DPR RI atau DPRD, karena dia memang tidak ikut mencalonkan diri sebagai anggota DPR atau DPRD DKI Jakarta.

Sebelum diadakan Kongres PDI tahun 1993 di Medan, nama almarhum sempat mencuat dalam pemberitaan terkait kasus penculikan dua aktivis partai yang dikenal sebagai penentang Soerjadi. Alex sempat dijadikan sebagai tersangka oleh PN Jakarta Selatan karena didakwa memberi perintah penculikan Edi Sukirman dan Agung Imam Sumanto di tahun 1991.

Alex juga tercatat sebagai “pemain” pada Kongres III PDI tahun 1993 di Medan, Sumatera Utara yang berujung kerusuhan. Namanya ramai diberitakan media massa setelah terjadi bentrokan antara pendukung Kelompok 17+DPP PDI Peralihan dengan satuan tugas(Satgas) Kongres tersebut. Kepalanya bercucuran darah akibat terkena lemparan batu . Saat itu, Alex adalah peserta atau utusan kongres yang menjadi Ketua DPD PDI Jakarta.

Nama Alex juga ramai diberitakan saat Kongres Luar Biasa (KLB) PDI di Surabaya, Jawa Timur tahun 1993 itu juga. KLB ini tak lain sebagai kelanjutan dari Kongres di Medan. Pasalnya, calon Ketua Umum, Megawati Soekarnoputri nyaris gagal sebagai utusan PDI dari Jakarta Selatan karena kesulitan mendapatkan rekomendasi dari Alex Asmasoebrata sebagai Ketua DPD PDI DKI Jakarta. Tersiar kabar, Alex menolak Megawati, tetapi mengijinkan kader lain dari Jakarta Selatan.

Tidak hanya disitu, Musyawarah Nasional (Munas) PDI di sebuah hotel di Jakarta Selatan masih tahun 1993, ikut mendongkrak nama Alex Asmasoebrata. Munas juga dilaksanakan sebagai kelanjutan dari KLB Surabaya karena dead lock, terjadi keributan di elit partai, antara pendukung Megawati Soekarnoputri dengan pendukung Budi Hardjono.

Namun lebih menarik adalah, peran Alex di Munas. Dia didaulat sebagai pimpinan rapat. Setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya Megawati dikukuhkan sebagai Ketua Umum DPP PDI periode 1993 – 1998. Alex lah yang memimpin acara pengambilan sumpah sekaligus pelantikan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum.

Almarhum terlihat bangga atau membanggakan dirinya karena dirinya lah yang melantik putri proklamator tersebut sebagai Ketua Umum DPP PDI. Setelah itu, nama Alex hilang dari percaturan politik di kandang banteng, khususnya di kubu Pro Megawati (Promeg). Dari susunan pengurus DPP PDI produk Munas, nama Alex Asmasoebrata tidak ada. Dia tetap menjadi Ketua DPD PDI DKI Jakarta. Tapi, saudara perempuannya, Neneng Amalia Dendawacana dimasukkan sebagai Wakil Bendahara DPP PDI.

Memang, ketika Megawati Soekarnoputri sudah tidak diakui pemerintah sebagai Ketua Umum paska terpilihnya Soerjadi Ketua Umum hasil Kongres tahun 1996, Alex masih sempat terlibat dalam barisan PDI Promeg. Saat kubu Megawati mengadakan konsolidasi tahun 1998 , menggelar acara Munas di Depok, Alex Asmasoebrata masih ikut di acara tersebut. Saya mendapat info, almarhum sempat membagikan”hadiah” dimasukkan ke dalam tas peserta Munas , tetapi kemudian dikembalikan karena ditolak atau tak disetujui oleh Megawati Soekarnoputri.

Saya pun sempat tanda tanya, kenapa Megawati Soekarnoputri tidak berkenan untuk menjadikan Alex Asmasoebrata sebagai orang dekatnya? Saya tidak tahu apa “dosa” almarhum sehingga tak pernah dekat dengan Megawati.

Kemudian saya mendengar dan menyaksikan, pada waktu pemilihan presiden (pilpres) 2004, Alex Asmasoebrata ikut di barisan capres Susilo Bambang Yudhoyono(SBY) yang berpasangan dengan cawapres Jusuf Kalla. Setelah itu, almarhum menjadi bagian dari Partai Demokrat, partai politik yang kelahirannya dibidani SBY. Pada pilpres 2009, Alex juga menjadi tim sukses pemenangan capres SBY yang berpasangan dengan cawapres Budiono. Rupanya sejak tahun 2002, almarhum tidak lagi ada di kandang banteng pimpinan Megawati Soekarnoputri, Ketua umum PDI Perjuangan yang menang dalam pemilu 1999.

Saya tidak tahu apakah Megawati Soekarnoputri dan PDI Perjuangan mengirim karangan buka sebagai tanda belangsungkawa atau tidak. Pihak Megawati pasti sudah mengetahui ketika tersiar kabar duka meninggalnya Alex Asmasoebrata pada hari Sabtu (2/1/2021) tengah malam di RSCM Jakarta. Alex meninggal dunia setelah di rawat karena menderita penyakit kanker pankreas dan hati.

Selamat jalan Pak Alex Asmasoebrata, semoga hustul khatimah dan mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT, dan semoga amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT dan dosanya diampuni. ***

*Penulis adalah Wartawan senior Beritabuana.co

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *