Berita Semarang
Cerita 4 Pemuda Kabupaten Semarang Rintis Usaha Warung Kopi, Untuk Membantu Orangtua
Pandemi corona tak menyurutkan kreativitas empat pemuda asal Ambarawa dan Bandungan, Kabupaten Semarang.
Penulis: akbar hari mukti | Editor: galih permadi
TRIBUNJATENG.COM, UNGARAN - Pandemi corona tak menyurutkan kreativitas empat pemuda asal Ambarawa dan Bandungan, Kabupaten Semarang.
Bertekad untuk tidak lagi menyusahkan orangtua, empat remaja masing-masing Nicolas Krisna Putra Negara, Aloysius Andre, Yohanes Dendy, dan Ignatius Bintang Pratama, itu pun mulai merintis bisnis usaha kafe.
Saat dihubungi, Bintang Pratama, mengatakan, keempatnya merupakan teman sebaya alumni SMP Pangudi Luhur, Ambarawa.
• Innalillahi Wa Innailaihi Rojiun, Pemuda Tewas Kecelakaan, Potongan Kaki dan Jari Tangan Tertinggal
• Mengaku Berhubungan Badan dengan Sejumlah Pria, Wanita Ini Tak Tahu Siapa Ayah Bayi yang Dibuangnya
• Heboh Brownies Jepara Harga Rp 400 Ribu, Baru Ketahuan Bahan Ini yang Bikin Mahal
• Selepas Djoko Tjandra Ditangkap, ICW Desak Polisi Selesaikan 2 Kasus Ini
Keempatnya yang sudah menempuh pendidikan selanjutnya di beberapa kampus di Solo, Salatiga, dan Ambarawa itu pun memberanikan diri mulai merintis usaha kafe.
"Saat ini pembelajaran dilakukan pakai daring. Waktu senggang menjadi banyak sekali. Maka kami berempat memutuskan bertemu nongkrong di sebuah kafe dekat SMP Pangudi Luhur Ambarawa."
"Dari situ kami mulai memutuskan membuat usaha warung kopi," jelasnya, Jumat (31/7/2020) siang.
Kafe mereka diberi nama TnT Coffee and Grill, berada di kawasan Jalan Diponegoro, Bandungan, Kabupaten Semarang.
Kafe tersebut dirintis sejak dua bulan terakhir.
Bintang mengatakan, selain banyaknya waktu luang, ia mengatakan latar belakang dirintisnya usaha tersebut disebabkan faktor ekonomi keluarga keempat pemuda tersebut di tengah pandemi corona.
"Ada masa-masa di mana orang tua kami penghasilannya menurun. Maka agar tak merepotkan mereka, kami mulai usaha sendiri," jelasnya.
Untuk modal awal, menurutnya dari iuran dan tabungan uang mereka berempat.
Sadar karena uang yang terkumpul tidak mencukupi, mereka pun mulai menggandeng beberapa investor.
Termasuk untuk tempat kafe hingga mesin pengolah biji kopi.
"Setelah dapat kami menggunakan sistem bagi hasil kepada para investor," papar dia.