Berita Banjarnegara
3 Bulan Objek Wisata Ditutup, Pemkab Banjarnegara Kehilangan Potensi Pendapatan Rp 7 M Lebih
Dwi pun pesimis target pendapatan atau kunjungan wisatawan tahun ini, yakni 1,75 juta orang bisa terpenuhi
Penulis: khoirul muzaki | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Ketidakpastian kapan pandemi Covid 19 akan berakhir membuat industri pariwisata terpuruk.
Plt Kepala Dinas Pariwisata Banjarnegara Dwi Suryanto mengatakan, pariwisata yang dikelola Pemkab Banjarnegara, termasuk Dieng ditutup sejak Maret hingga 29 Mei 2020.
Kebijakan ini untuk memutus mata rantai penyebaran virus Corona.
Tetapi hingga memasuki bulan ketiga ini, belum ada tanda-tanda objek pariwisata itu akan dibuka.
Ini menyusul belum meredanya penyebaran virus Corona di Indonesia.
Penutupan objek wisata selama berbulan-bulan ini tak ayal membuat potensi pendapatan yang masuk ke kas daerah dari sektor pariwisata hilang.
Dwi mengatakan, jika genap tiga bulan objek pariwisata yang dikelola Pemkab belum dibuka, potensi pendapatan daerah yang hilang bisa mencapai sekitar 7 miliar.
"7 miliar lebih lah,"katanya
Dwi mengatakan, biasanya rata-rata tiap bulan Pemkab menerima pemasukan dari sektor pariwisata sebesar Rp 1,2 miliar.
Khusus saat ada momentum lebaran bahkan bisa mencapai Rp 2 hingga 3 miliar lebih.
Potensi pendapatan dari puncak keramaian wisatawan di masa libur lebaran jelas terancam hilang.
Pasalnya, sampai menjelang Idul Fitri saat ini pun, belum ada tanda-tanda objek wisata akan dibuka karena penyebaran virus belum mereda.
Padahal, lebaran adalah momentum puncak keramaian wisatawan sehingga turut menyumbang pendapatan daerah cukup tinggi di banding bulan-bulan lain.
"Ini sampai sekarang juga belum ada gambaran untuk membuka objek wisata,"katanya
Dwi pun pesimis target pendapatan atau kunjungan wisatawan tahun ini, yakni 1,75 juta orang bisa terpenuhi.
Bahkan, dimungkinkan angka kunjungan wisatawan di ke Banjarnegara menurun mengingat belum ada kepastian kapan pandemi berakhir.
Jikapun berakhir dalam beberapa bulan, Juli misalnya, belum tentu geliat pariwisata seketika kembali seperti sedia kala atau normal. Masih butuh fase pemulihan untuk mencapai kestabilan ekonomi. (*)