Virus Corona Jateng
Kisah Pilu Petani Salak di Banjarnegara, Biarkan Buah Membusuk karena Tak Ada Pembeli
Wabah Corona telah mempengaruhi perekonomian masyarakat Indonesia. Daya beli masyarakat menurun karena ekonomi lesu.
Penulis: khoirul muzaki | Editor: muh radlis
TRIBUNJATENG.COM, BANJARNEGARA - Wabah Corona telah mempengaruhi perekonomian masyarakat Indonesia.
Daya beli masyarakat menurun karena ekonomi lesu.
Arus distribusi hasil pertanian dari desa ke kota pun terganggu.
• UPDATE Pasien Positif Corona Bertambah 1 di Pati
• Detik-detik Jerit Kesedihan Ratusan Pegawai Ramayana Depok Pecah saat Tahu Kena PHK, Videonya Viral
• BREAKING NEWS: Glenn Fredly Meninggal Dunia dalam Usia 44 Tahun
• UPDATE: 10 Pasien Positif Corona di Kota Semarang Sembuh
Petani di Desa Kayuares Kecamatan Pagentan Banjarnegara contohnya.
Semenjak wabah Corona mengganas di negeri ini, sejak tiga pekan terakhir harga salak terus anjlok.
Wanidi, warga Desa Kayuares mengatakan, normalnya, harga salak di tingkat petani sekitar Rp 4500.
Dengan harga demikian, petani beroleh untung.
Tetapi di masa pandemi ini, harga salak mendadak terjun bebas.
Salak petani belakangan hanya dihargai sekitar Rp 1500 perkilogram.
"Harga anjlok semenjak wabah Corona," katanya.
Petani salak di Banjarnegara kini tengah memasuki masa sulit.
Bukan hanya harganya yang anjlok, kini petani di Desa Kayuares harus kembali menelan pil pahit.
Akhir-akhir ini tengkulak sudah jarang mendatangi lahan petani untuk membeli hasil pertanian mereka.
Truk-truk pengangkut salak yang biasa keluar masuk desa tak lagi tampak.