Universitas Widyagama Malang

Dian Karina, Mahasiswi Universitas Widyagama Malang Jadi Aktris Film Tentang Korban Lumpur Lapindo

Dian Karina Maharani, mahasiswa Universitas Widyagama Malang (UMW), pemeran film Grit tentang tragedi lumpur Lapindo di Sidoarjo.

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: yuli
ist
Dian Karina Maharani, mahasiswa Universitas Widyagama Malang (UMW), pemeran film Grit tentang tragedi lumpur Lapindo di Sidoarjo. Ia dan keluarganya juga korban semburan geologis sejak tahun 2006 itu. 

SURYAMALANG.COM - Mahasiswa Universitas Widyagama Malang (UWG), Dian Karina Maharani (20) mendapat prestasi sebagai aktivis termuda dan aktris terbaik berkat film Grit baru-baru ini.

Film itu dirilis pada April 2018 di Toronto, Kanada saat ada festival film.

Film ini mengangkat tentang tragedi lumpur lapindo di Sidoarjo. Dampak dari semburan lumpur dari pengeboran itu masih terasakan hingga saat ada.

"Sudah ada delapan award yang diterima film dokumenter ini," jelas Dian yang juga merupakan korban lumpur Lapindo kepada Suryamalang.com, Senin (2/9/2019).

Ia juga mendapat apresiasi dari kampusnya saat pelaksanaan PKKMB (Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru) di UWG.

https://facebook.com/suryamalang.tribun | SURYAMALANG.COM | IG: @suryamalangcom
https://facebook.com/suryamalang.tribun | SURYAMALANG.COM | IG: @suryamalangcom (.)

Dian ingat, lumpur Lapindo bermula tahun 2006. "Saya masih SD dan ibu saya sedang hamil anak kedua. Bapak saya juga meninggal dunia karena paparan dampak lumpur Lapindo," terang mahasiswa Bidik Misi ini.

Ayahnya pernah bekerja di perusahaan yang melakukan pengeboran itu.

Sementara syuting film dilakukan sejak 2014-2018. Tokoh di film itu adalah dua keluarga.

Salah satunya keluarga Dian. Dari dua keluarga itu, ibu Dian jadi pengemudi ojek di wisata lumpur. Begitu juga dengan teman ibunya. Namun anaknya tidak meneruskan sekolah. Sedang Dian bisa meneruskan sekolah dan kuliah di Malang.

"Film Grit banyak diikutkan festival di luar negeri," jelas mahasiswa semester 5 di Fakultas Hukum UWG ini.

Saat kelas 1 SD, terjadi bencana itu. Keluarganya akhirnya mengungsi ke pengungsian sekitar 2 km dari lokasi bencana.

Karena paparan bau yang tidak baik untuk kesehatan, keluarga Dian akhirnya pindah ke Desa Candipari Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jatim sampai kini.

"Ya lokasi di desa ini agak jauh," jelas mahasiswa kelahiran Sidoarjo, 30 Juli 1999 ini.

Di luar negeri, film ini mendapat apresiasi seperti di festival film di Toronto, Kanada, Korea dan Belanda.

Dikatakan, proses syuting cukup lama di film ini. Paling berat adanya saat menjalani syuting wawancara.

Ia seperti dibawa ke situasi saat itu. Menurutnya, harusnya korban Lapindo tetap ada perhatian dari pemerintah. Bukan sekadar setelah mendapat ganti rugi usai.

Karena banyak dampak yang ditimbulkan. Misalkan memberi perhatian pada kesehatan, lingkungan, pendidikan dll.

Menurut dia, banyak warga korban lumpur menjadi tukang ojek meski hasilnya tidak maksimal dibanding dampak kesehatannya. Seperti karena mencium baunya.

"Hasil ngojek Rp 20 ribu. Kalau sakit, mendapat uang dari mana?" paparnya. 

BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    AA
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2024 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved