kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bangkit lagi setelah amukan si jago merah


Sabtu, 21 Juli 2018 / 10:50 WIB
Bangkit lagi setelah amukan si jago merah


Reporter: Ragil Nugroho | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Dalam menjalankan usaha, tak jarang bahkan sering datang berbagai ujian dan rintangan. Selain masalah yang berkaitan dengan bisnis itu sendiri, ujian datang dari musibah atau bencana.

Salah satu musibah yang kerap kali menjadi hantu bagi para pelaku usaha adalah kebakaran. Bencana ini datang tiba-tiba dan biasanya menimbulkan kerugian yang tak sedikit.

Di Jakarta saja, peristiwa kebakaran yang melanda tempat usaha, seperti pasar dan kios kerap terjadi. Pasar Senen, misalnya. Dalam 10 tahun terakhir, tercatat sudah empat kali pasar yang terletak di Jakarta Pusat tersebut mengalami kebakaran besar: tahun 2010, 2014, 2016, dan tahun 2017.

Tentu, kebakaran berdampak besar terhadap pemilik tempat usaha. Banyak pengusaha gulung tikar. Namun, banyak pula yang kembali bangkit. Bahkan, dalam hitungan hari roda bisnis menggelinding kembali.

Lihat saja kisah Rudyanto, pemilik toko ban dan perlengkapan mobil di daerah Kebumen, Jawa Tengah. Lokasi usaha yang dia rintis sejak 2006 itu terbakar hebat pada Senin (21/5) malam.

Berawal dari korsleting listrik, si jago merah melalap hampir 80% tokonya. “Total kerugian mencapai Rp 2 miliar,” aku dia.

Tapi, hebatnya, usaha Rudyanto hanya vakum satu hari. Keesokan hari, Rabu (23/5), bisnisnya berdenyut kembali. Menurut dia, kebangkitannya tak terlepas dari dukungan konsumen yang sehari pasca kebakaran memintanya segera bangkit dan toko beroperasi lagi.

Cuma memang, Rudyanto tetap harus merogoh cadangan modal dan tabungannya untuk bisa membeli sebagian perlengkapan serta peralatan. Namun sejatinya, itu tidak cukup.

Beruntung, banyak supplier yang mau memasok barang dengan modal kepercayaan. Jadi, ia tidak perlu keluar duit dulu untuk membayar di muka.

Menurut Rudyanto, ini buah dari kejujuran dirinya selama ini sehingga mendapat kepercayaan yang sangat besar dari distributor. “Jarang-jarang, lo, ada distributor yang mau tidak dibayar dulu,” sebut pria kelahiran 13 April 1979 ini.

Bantuan juga datang dari rekan-rekan sesama santri di sekitar toko milik Rudyanto. Mereka bekerja keras membersihkan puing-puing sisa kebakaran dan menata kembali toko dengan semangat baru.

Mental baja

Nasib serupa juga pernah menimpa Anggoro Septiadi, pengusaha sepatu di kawasan Pasar Bogor, Bogor. Dua tahun lalu, gerai sepatu miliknya ludes terbakar. Saat itu, ia menderita kerugian Rp 300 juta.

Beda dengan Rudyanto yang segera bangkit, butuh waktu satu bulan buat Anggoro kembali membuka usaha yang sama di tempat yang sama. “Meski syok berat, namun saya yakin bisnis ini sudah menjadi jalan hidup sehingga harus kembali dilanjutkan,” ujarnya.

Beruntung, Anggoro masih punya stok dagangan di rumah. Alhasil, bisa dikatakan, ia tidak perlu memulai usaha dari nol lagi. Masih ada stok sepatu di rumahnya yang bisa mengisi 25% toko.

Ia memang tidak menyimpan semua stok barang dagangan di gerai. “Ada sebagian kecil saya taruh di rumah karena jualan online juga,” ungkap pria 39 tahun ini.

Anggoro merasa beruntung lantaran banyak rekan sesama pedagang yang juga mengalami nasib sama harus memulai dari awal usahanya. Penyebabnya adalah, semua barang dagangan mereka simpan di toko.

Saat memulai kembali usaha pasca kebakaran, Anggoro terpaksa menguras tabungan berupa logam mulia dengan menjualnya senilai Rp 150 juta. Ia juga mendapat kredit bank untuk memperkuat modal.

Memang, Rudyanto mengungkapkan, tak mudah untuk segera bangkit dari musibah tersebut. Cara paling ampuh untuk bisa kembali bangun lalu berdiri lagi adalah memiliki mental yang kuat.

Tanpa itu, tentu banyak pebisnis yang memilih gulung tikar pasca dihantam musibah kebakaran. Hanya, mental baja tersebut juga harus diikuti dengan optimisme dan selalu berpikir positif.

Betul, Anggoro menekankan, butuh kemauan yang kuat untuk bangkit. Menurutnya, orang sukses adalah yang selalu siap bangun meski terjatuh berkali-kali. “Semakin banyak ujian, seharusnya pengusaha makin ulet dan gigih,” katanya.

Setelah itu, jangan lupakan membuat perencanaan matang ketika memulai usaha kembali. Setelah membikin perencanaan, tetap melihat-lihat, apakah masih ada pos pengeluaran yang bisa dipangkas. Dengan begitu, bisa menjalankan lagi usaha dengan efisien.

Ya, buat Asep Rahmat, pengusaha toko kelontong di Jakarta Timur yang pernah mengalami kebakaran pada 2014 lalu, untuk bisa bangkit kembali, memang minimal memiliki kekuatan mental yang kuat. Sudah barang tentu, fisik juga jadi kekuatan utama. Maksudnya, kemampuan pengusaha dalam menyisihkan cadangan modal untuk kondisi darurat.

Ketika dulu terkena musibah kebakaran, Asep masih memiliki cadangan modal untuk memulai usaha lagi. “Untung saya masih punya cadangan sekitar Rp 70 juta,” ungkapnya.

Yang tidak kalah penting, Rudyanto menambahkan, memupuk cadangan modal kepercayaan dari pemasok. Caranya, berusaha dengan jujur. Dengan begitu, kalau harus memulai usaha dari nol akibat musibah kebakaran, bisa mendapatkan barang dari pemasok tanpa perlu membayar di depan.

Asuransi penting

Lalu, bagaimana kalau tidak punya cadangan modal? Asep bilang, bisa mengajukan pinjaman ke perbankan atau perusahaan  teknologi finansial (tekfin) yang saat ini sedang mewabah. “Intinya, harus punya tekad kuat,” tegasnya.

Saat ini, Asep juga menggunakan penawaran pinjaman dari perusahaan tekfin untuk bisa menambah modal usaha. Tawaran itu bisa menjadi peluang yang bisa pelaku usaha kecil dan menengah manfaatkan buat meraih modal. Alasannya, perusahaan tekfin tidak meminta persyaratan pinjaman yang ketat seperti perbankan.

Namun yang harus jadi perhatian dan pertimbangan, perusahaan tekfin biasanya mematok bunga pinjaman yang lebih tinggi. “Kembali ke kita, mau pilih yang mana. Semua ada risikonya,” imbuh Asep.

Penting juga, bagaimana menjadikan musibah kebakaran jadi guru dan pengalaman yang berharga. Sejak peristiwa itu, Asep jadi jauh lebih hati-hati dan berupaya meminimalisir segala bentuk kesalahan.

Baik Rudyanto, Anggoro, dan Asep sepakat, seandainya usaha mereka mendapat perlindungan asuransi, mungkin dampak kebakaran bisa lebih ditekan. Memang, Rudyanto bilang, penyesalan selalu datang belakangan. Karena itu, ia menyarankan, kepada para pelaku usaha terutama yang bisnisnya termasuk kategori sangat berisiko (high risk) agar membentengi usahanya dengan asuransi.

Dulu, Rudyanto tidak mau menggunakan asuransi lantaran yakin, dirinya termasuk orang yang selalu hati-hati. Kenyataannya, terkena musibah juga. “Dulu pernah pakai asuransi tapi tidak dilanjutkan,” ungkapnya yang sejak mulai usaha lagi langsung punya proteksi.

Sedang bagi Anggoro, musibah kebakaran membuatnya langsung memahami arti penting peribahasa: sedia payung sebelum hujan. Kalau saja dari awal sudah menggunakan asuransi, ia tidak perlu menjual emasnya yang ia kumpulkan selama sepuluh tahun.

Pasca kebakaran itu, Anggoro pun langsung menggunakan asuransi biar tidak terjatuh ke lubang yang sama. “Lebih baik membayar premi bulanan tapi punya pengaman lebih menenangkan,” ungkapnya.

Tidak ada yang pernah tahu kapan musibah datang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×