Sistem Informasi yang Berkualitas Menurut Beberapa Cendekiawan

Pengungkapan Informasi kepada Publik

Undang undang no. 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik menjelaskan bahwa hak untuk mendapatkan informasi publik adalah hak asasi warga negara yang wajib dilindungi oleh undang undang dan badan publik wajib menerapkan sistem informasi yang baik agar dapat menyampaikan informasi publik secara akrual baik melalu media elektronik maupun non-elektronik. Undang undang ini mendrorong badan publik termasuk pemerintah daerah untuk melakukan pengungkapan informasi yang wajar yang diketahui publik. (Puspita dan Martani, 2011).

Kualitas Informasi.

DeLone & McLean (1992) dalam Wirautama (2011) menjelaskan bahwa kualitas sistem informasi harus memenuhi keandalan sehingga dapat memuaskan pengguna. Perilaku pengguna sistem informasi akan mempengaruhi penggunaan teknologi.

Kualitas informasi berkaitan dengan system use, user satisfaction, dan net benefits (DeLone dan McLean 1992, 2003). Kualitas informasi mempunyai atribut-atribut seperti informasi yang diperoleh dari sebuah sistem, keakuratan informasi, relevansi informasi, ketepatan waktu, dan kelengkapan informasi. Kualitas Informasi sering merupakan dimensi kunci menyangkut instrumen kepuasan pengguna akhir (Ives et al., 1983; Baroudi dan Orlikowski, 1988; Doll et al., 1994). Akibatnya kualitas informasi seringkali tidak dibedakan sebagai konstruksi unik tetapi diukur sebagai komponen dari kepuasan pengguna. Oleh karena itu ukuran dimensi ini merupakan masalah bagi studi keberhasilan SI.

DeLone dan McLean (1992) dan model Seddon (1997) menunjukkan bahwa kualitas sistem dan kualitas informasi berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan pengguna sistem informasi. Kualitas Informasi yang dimaksudkan dalam penelitian ini merupakan persepsi pemakai mengenai kualitas informasi yang dihasilkan oleh internet yang digunakan oleh mahasiswa guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

Beberapa karakteristik yang digunakan untuk menilai kualitas informasi antara lain adalah accuracy, timeliness, relevance, informativeness, dan competitiveness (Weber, 1999).

Kualitas informasi adalah tingkat relevan (relevant), ketepatan waktu (timely), aman dan disajikan dengan rancangan informasi yang baik dalam sebuah website (Liu dan Arnett, 2000). Kualitas informasi terbaik dapat diberikan oleh internet ketika bisa didapatkan dengan mudah (tidak susah dalam pencariannya), terorganisasi (teratur), dan tersedia dalam jumlah yang banyak (Istianingsih dan Wijanto, 2008).

Menurut Jogiyanto (2007:15) Kualitas informasi dapat digunakan untuk mengukur kualitas keluaran dari sistem informasi. Kualitas informasi berupa dokumen operasional laporan yang terstruktur yang memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut: relevan; tepat waktu; akurasi; kelengkapan; ringkas. Kualitas informasi merupakan model pengukuran yang berfokus pada keluaran yang diproduksi oleh sistem, serta nilai dari keluaran bagi pengguna.

Kualitas informasi juga dapat dilihat dengan adanya potensi menghasilkan informasi yang tidak terbatas baik dalam organisasi maupun luar organisasi (Barnes dan Vidgen, 2003). Menurut Li et al., (2002), informasi yang berkualitas adalah informasi yang akurat, jelas, detil, relevan, mudah didapatkan, tepat waktu, up to date dan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Liu dan Arnett (2000) menyatakan bahwa informasi dengan kualitas terbaik akan meningkatkan kegunaan persepsi pengguna dan meningkatkan penggunaan sistem informasi. Lin dan Lu (2000) juga menambahkan bahwa penerimaan atau penolakan pengguna atas sebuah sistem disebabkan oleh kualitas yang diberikan oleh sebuah sistem.

Kualitas Sistem.

Kualitas sistem adalah pengukuran proses sistem informasi yang berfokus pada hasil interaksi antara pengguna dan sistem. Kualitas sistem mempunyai atribut-atribut seperti ketersediaan peralatan, reliabilitas peralatan, kemudahan untuk digunakan, dan waktu respon merupakan faktor penentu mengapa sebuah sistem informasi digunakan atau tidak digunakan.

Nielsen (2000) berpendapat bahwa ada beberapa prinsip usability yaitu online environment, namely, navigation, respon time, credibility, dan content. Dari berbagai literatur bahwa ada empat dimensi kualitas sistem yaitu: navigation, easy of use, respon time, dan security. McKinney et al., (2002) mengemukakan bahwa ada tiga dimensi kualitas sistem, ketiga dimensi tersebut adalah: access, usability, dan navigation.

Kualitas sistem dapat diukur dengan melihat bagian fungsionalnya yaitu usability. Usability adalah bagian dari prinsip interaksi antara human computer yang menyediakan satu kumpulan petunjuk penting tentang desain pembelajaran. Nielsen (2000) berpendapat bahwa usability terdiri atas empat prinsip dasar dalam kegiatan online yaitu: navigation, timelines, credibility, dan content. Palmer (2002) berpendapat bahwa beberapa unsur penting dalam penggunaan website adalah konsistensi (concistancy), kemudahaan penggunaan (easy of use), kejelasan dalam berinteraksi (clarity of interaction), kemudahan dalam membaca (easy to reading), pengaturan informasi (information arrangement), kecepatan (speed), dan lay out/rancangan website. Dengan demikian tingkat penggunaan sistem e-learning lebih baik sehingga pelajar dapat lebih termotivasi untuk menggunakan sistem e-learning.

Kualitas Layanan.

Zeithaml et al., (1990) merumuskan sebuah model yang menggarisbawahi ketentuan penting yang perlu dipatuhi oleh pemberi jasa dalam meningkatkan mutu jasa (service quality). Devaraj et al., (2002) memandang SERQUAL terdiri atas empat dimensi, yaitu: empathy, reliability, responsiveness, dan assurance. Sedang dimensi lainnya adalah price, time, ease of use, dan usefullness. Kualitas layanan (service quality) yang dikemukakan oleh (Parasuraman, 1988), bahwa didasarkan pada perbandingan antara apa yang seharusnya ditawarkan (offered) dan apa yang disediakan (provided). Perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat kualitas layanan tinggi secara khusus mengembangkan dua sistem informasi yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan service. Pertama sistem informasi yang mengumpulkan informasi kinerja service untuk keperluan manajemen dan motivasi karyawan. Kedua, sistem informasi yang menyebarkan informasi yang dinilai (valued) berguna oleh para pelanggan.

Menurut DeLone dan McLean (2003) kualitas pelayanan menjadi lebih penting dibandingkan penerapan lainnya, karena pemakai-pemakai sistem sekarang adalah lebih sebagai para pelanggan dan bukannya para karyawan atau pemakai internal organisasi. Oleh karena dukungan yang jelek akan menyebabkan kehilangan pelanggan dan bahkan kehilangan penjualan.

Kepuasan Pengguna.

Kepuasan adalah suatu pertimbangan dari suatu produk atau jasa yang menyediakan suatu tingkatan yang menyenangkan mengenai pemenuhan keinginan pengguna pada tingkat bawah atau atas (Oliver, 1997). Definisi ini menempatkan penekanan pada konsumen dibanding pelanggan sebab walaupun pelanggan membayar produk atau jasa, mereka tidak mungkin memakai atau melayani secara langsung. Kepuasan dengan suatu produk atau jasa/layanan adalah memerlukan pengalaman dan penggunaan suatu produk jasa/layanan tiap individu.

Kepuasan pengguna merupakan keseluruhan evaluasi dari pengalaman pengguna dalam menggunakan sistem informasi dan dampak potensial dari sistem informasi. Kepuasan pengguna dapat dihubungkan dengan persepsi manfaat dan sikap pengguna terhadap sistem informasi yang dipengaruhi karakteristik personal (Seddon & Kiew, 1994 dalam Wirahutama, 2011).

Kepuasam Pengguna mempunyai peran yang sangat sentral dalam pengembangan sistem informasi. Hasil penelitian yang dipaparkan baik oleh McKeen et al., (1994); Doll dan Deng (2001); Guimaraes et al., (2003); Suryaningrum (2003) menemukan bahwa pemahaman pengguna merupakan variabel yang efektif dan menentukan kepuasan pengguna, keberhasilan sistem maupun kualitas sistem.

Penggunaan ketiga terminologi variabel (kepuasan pengguna, keberhasilan sistem, dan kualitas sistem) seringkali rancu. Seringkali kepuasan pengguna dianggap sama dengan kualitas sistem, atau bila tidak kepuasan pengguna digunakan untuk mengukur kualitas sistem. Guimaraes et al., (2003) menyatakan bahwa penggunaan kepuasan pengguna untuk mengukur kualitas sistem justru akan menyebabkan penilaian yang subyektif tentang pengertian kualitas sistem. Kepuasan pengguna lebih menyangkut pandangan pengguna terhadap sistem informasi, tetapi bukan pada aspek kualitas teknik sistem yang bersangkutan. Dengan kata lain, kepuasan pengguna lebih mengukur persepsi apa yang disediakan oleh sistem informasi dari pada memberi informasi tentang kapabilitas fungsional sistem informasi yang bersangkutan.

Keberhasilan Dimensi kepuasan pengguna merupakan tingkat pengguna kepuasan saat menggunakan IS. Hal ini dianggap sebagai salah satu langkah yang paling penting dari IS sukses. Kepuasan pengguna sistem informasi dapat dinilai dengan menggunakan kriteria: adequacy, effectiveness, efficiency, overall satisfaction (Seddon dan Kiew, 1994); enjoyment, information satisfaction, system satisfaction (Gable et al., 2008).

Literasi

DeLone, W.H., and McLean E.R, (1992). ―Information System Success: The Quest for the Dependent Variable‖. Information System Research, March, 60-95. ————–. (2003). “The Delone and Mclean Model of Information Systems Success: A Ten-Year Update,‖ Journal of Management Information Systems, vol. 19, no. 4, 9–30.

Gable, G., Sedera, D., & Chan, T. (2008). Re-conceptualizing Information System Success: The IS-Impact Measurement Model. Journal of the Association for Information Systems, 9(7), 377-408.

Guimaraes, T., and Igbaria, M. (1997). “Client/Server System Success: Exploring the Human Side”, Decision Sciences (28), 851-876.

McKeen JD, Guimaraes T and Wetherbe JC (1994). The Relationship Between User Participation And User Satisfaction: An Investigation Of Four Contingency Factors. MIS Quarterly 18(4), 427–451.

McKeen J. D., Guimaraes, T., dan D. S. Staples. (2003). Empirically Testing Some Main User-Related Factor for Systems Development Quality, Quality Management Journal, 10(4): 39- 54.

Doll, William dan Xiadong Deng. (2001). “The Collaborative Use Of Information Technology: End User Participation and System Success”. Information Resources Management Journals. ABI/INFORM Global.

Oliver LW (1987). Research integration for psychologists: an overview of approaches. Journal of Applied Social Psychology 17(10), 860–874.

Devaraj S, Fan M, and Kohli R (2002). Antecedents of B2C Channel Satisfaction and Preference: Validating E-Commerce Metrics. Information Systems Research 13(3), 316–333.

Palmer, J. W. (2002). Web Site Usability, Design, and Performance Metrics. Information Systems Research, 13(2), 151-167.

 

Tag: , ,

Diposting oleh Adica


This article has 1 comment

  1. Joel Wanda Reply

    Terima Kasih, Artikel diatas sangat memberikan pemahaman dengan baik

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *