kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45928,35   -6,99   -0.75%
  • EMAS1.321.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tersulut kenaikan harga ketan, pedagang kue ikut kerek harga jual


Rabu, 24 Januari 2018 / 10:55 WIB
Tersulut kenaikan harga ketan, pedagang kue ikut kerek harga jual


Reporter: Elisabeth Adventa, Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Harga beras ketan atau ketan putih di sejumlah wilayah Indonesia perlahan mendaki. Kenaikan harga ini juga dirasakan oleh sejumlah pelaku usaha kuliner berbahan baku ketan.  

Henri Suryo, pemilik Pos Ketan Legenda cabang Yogyakarta mengatakan, kenaikan harga beras ketan ini sudah terjadi sejak akhir 2017 lalu. "Tepatnya sejak Oktober 2017," ujarnya.

Biasanya, dalam sekali pembelian, Henri membeli beras ketan sebanyak 25 kilogram (kg). Pada Oktober, harga 25 kg beras ketan Rp 500.000, kini menjadi Rp 560.000. “Saya belinya dengan harga grosir. Kalau eceran mungkin harganya lebih mahal, sekitar Rp 25.000 per kilogram,” tuturnya.

Lantaran kenaikan ini, Henri pun terpaksa mengerek harga beberapa menunya.  “Tapi, kenaikannya tidak banyak kok, hanya sekitar Rp 1.000–Rp 2.000 untuk tiap menu. Tapi tidak semua menu saya naikkan harganya,” katanya.

Beberapa menu ketan yang mengalami kenaikan harga, yakni menu ketan modifikasi seperti ketan susu, ketan susu keju, ketan susu durian dan ketan susu durian keju. Misal, ketan susu durian keju yang semula dibanderol Rp 15.000 per porsi, kini menjadi Rp 17.000 per porsi.

Sedangkan  untuk menu ketan original, seperti ketan bubuk, tak ada kenaikan. “Kalau harga ketan original naik, konsumen bisa berpikir tidak masuk akal. Jadi, saya pilih beberapa menu modifikasi ketan susu saja yang naik harganya,” paparnya.

Meski ada kenaikan harga,  tak menyurutkan minat pembeli. Gerai Pos Ketan Legenda miliknya selalu ramai dikunjungi pelanggan. Bahkan, Henri baru saja menambah satu gerai baru.

Langkah untuk mendongkrak harga jual produk juga Tiffany Mayliana lakukan. Namun, berbeda dengan Henri, produsen kue keranjang sekaligus pemilik PFC Hampers asal Jakarta ini baru merasakan adanya  kenaikan harga beras ketan pada awal tahun ini.  

Tidak dapat menahan biaya produksi yang tinggi, Tiffany pun menaikkan harga jual kue keranjangnya 10%-15% dari harga sebelumnya Rp 25.000 sampai Rp 30.000 per buah.  

Namun, meski harganya naik, dia melihat konsumennya tidak berpaling. "Permintaannya kue keranjang tetap mengalir," katanya.

Asal tahu saja, untuk bulan di luar masa-masa perayaan tahun baru China, jumlah produksinya mencapai 500 kilogram (kg) sampai 700 kg. Saat mendekati perayaan Imlek, permintaannya pun bisa melonjak hingga 200% dari bulan biasa.

Konsumennya pun bukan hanya pembeli perorangan, tapi juga pemilik toko kue, supermarket, hingga penyedia jasa parcel. "Yang memproduksi tante saya bersama timnya," tambahnya.

Meski harga naik, dia mengaku tidak kesulitan untuk mencari beras ketan di pasaran. Untuk menjaga ketersediaan bahan baku, dia menjalin kerjasama dengan pemasok beras ketan.          

Tak ada pengganti beras ketan, menaikkan harga jual jadi pilihan

Keputusan untuk mengerek harga jual juga menjadi pilihan Suryo, salah satu pedagang jajanan pasar di Cidodol, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Harga kue semula Rp 1.000 per buah, sekarang naik menjadi Rp 1.250 per buah.

Suryo menjual aneka kue tradisional seperti kue talam, kue lapis, putu ayu, lemper mini dan kue bugis. Beberapa kue tradisional tersebut menggunakan campuran tepung ketan dan tepung beras dalam adonannya. Ia mengatakan, takaran tepung ketan dan tepung beras dalam adonan tidak bisa lagi diubah porsinya. “Tak bisa diganti jadi tepung beras semua atau dicampur dengan tepung kanji atau tepung lainnya. Nanti tekstur kuenya berbeda,” tutur Suryo.  

Pria asal Brebes, Jawa Tengah tersebut mengungkapkan, jika kebanyakan para pedagang seperti dirinya memilih menaikkan harga jual dibanding mencari bahan substitusi tepung ketan. “Selain cari bahan tepung substitusinya susah, kalau dipakai dalam adonan belum tentu enak dan pas. Belum lagi harus buat perkiraan takaran baru,” ujarnya.     

Sementara, jika tak menaikkan harga jual, dia yang tak bisa mengantongi untung. “Kalau harganya tetap, saya ngga bisa untung. Tapi kalau mau dinaikkan jadi Rp 1.500 per buah, takut kemahalan buat konsumen,” ungkapnya.  

Keluhan yang sama juga diungkapkan oleh Sutiya, pedagang Lemang Baluo di sentra kuliner Minang, Kramat Raya, Jakarta Pusat. Lemang Baluo merupakan kue tradisional khas Minang yang dimasak menggunakan bambu dan berbahan dasar beras ketan. Sutiya mengatakan dirinya lebih memilih menaikkan harga lemang.

Satu porsi lemang dengan panjang sekitar 20 centimeter (cm) biasanya dibanderol Rp 25.000, saat ini harganya menjadi Rp 30.000 per porsi. “Mau bagaimana lagi, harga beras ketan melejit begitu. Sedangkan bahan baku lemang harus beras ketan, tidak bisa diganti dengan yang lain,” tutur Sutiya.

Ia menjelaskan jika bahan dasar berupa beras ketan diganti dengan beras biasa, maka akan merusak tekstur dan rasa khas dari lemang. Praktis dirinya dan pedagang lemang di sentra Kramat Raya tersebut tidak punya pilihan lain selain menaikkan harga. “Kami di sini sudah sepakat untuk menaikkan harga, semua dipukul rata. Dan sudah sepakat tetap pakai beras ketan,” ujarnya.

Naiknya harga lemang ternyata membuat peminat berkurang. Sutiya mengakui hal tersebut, sejak harga lemang naik, pembeli berkurang sekitar 10%. Maka dari itu, dirinya pun tidak banyak membuat stok lemang. Kondisi ini berdampak pada menurunnya omzet para pedagang lemang di sekitar sentra kuliner Minang, Kramat Raya tersebut.

“Omzet yang jelas menurunlah, pembeli lemang juga menurun karena harganya naik. Tapi tetap Alhamdulilah, setidaknya masih ada modal untuk diputar kembali,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×