kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lokasi jadi lebih nyaman, pedagang mengaku omzet naik


Rabu, 24 Januari 2018 / 08:10 WIB
Lokasi jadi lebih nyaman, pedagang mengaku omzet naik


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Meski mengundang pro kontra soal fungsi jalan yang berubah menjadi area perdagangan, toh, kini para pedagang yang menempati Jalan Jatibaru Raya, Tanah Abang, bisa tersenyum lebar. Tak lagi kepanasan atau was-was oleh kejaran Satpol PP, kini mereka bisa berdagang dengan nyaman plus  merasakan berkah ramainya pengunjung dan kenaikan omzet penjualan.

Pemandangan sepanjang Jalan Jati Baru Raya, Tanah Abang, Jakarta Pusat yang biasanya terlihat ramai dipadati oleh kendaraan umum dan lalu lalang para pengguna jalan, sudah berubah. Tenda berwarna merah yang penuh dengan pajangan barang dagangan, mulai dari pakaian anak hingga dewasa dan pernik lainnya tampak berjajar rapi di sepanjang jalan.

Para pedagang minuman pun nampak menempati ruang kosong disela-sela tenda. Portal setinggi pinggang yang terbuat dari beton berbaris membatasi area yang dapat digunakan pedagang dengan jalur TransJakarta.  

Bus TransJakarta nampak di sisi jalan yang bersebelahan dengan Stasiun Tanah Abang. Bus itu mengangkut pengunjung pasar yang  hendak pergi ke blok G, F, B, dan area Perbelanjaan Tanah Abang.

Saat KONTAN mengunjungi lokasi ini, sudah nampak ramai pengunjung. Ibu-ibu dengan anaknya dan sesekali para pemuda nampak sibuk memilih barang yang mereka incar.

Berjalan mengelilingi pedagang di kawasan ini cukup nyaman. Sebab, selasar untuk berjalan kaki cukup lebar. Para pembeli pun dapat memilih barang dengan nyaman, sambil menawarnya di setiap tenda.

Pasar Jati Baru ini dibuka oleh Pemerintah DKI Jakarta pada 22 Desember 2017 lalu. Para pedagang yang berdagang dengan tenda merupakan pedagang yang sebelumnya berjualan di trotoar sepanjang jalan tersebut. Padahal, dulu, lokasi ini merupakan area terlarang untuk berjualan.

Salah satu pedagangnya adalah Widianti. Dia dulu menggelar barang dagangannya di trotoar. Setelah mendapatkan fasilitas tenda, dia mengaku lebih nyaman berjualan karena tidak lagi kepanasan terpapar sinar matahari.

Karena lebih nyaman baik bagi dirinya maupun pembeli,  omzetnya pun naik lebih dari 10% dari biasanya. "Di sini lokasinya enak teduh dan lebih strategis orang keluar stasiun langsung mampir," jelasnya pada KONTAN.

Asal tahu saja, dia sudah berjualan di area Tanah Abang sejak setahun lalu. Seluruh koleksi busana anak-anaknya, dibanderol Rp 35.000 per helai atau Rp 100.000 per tiga potong baju.

Pedagang lainnya yang juga merasakan berkah dibukanya area dagang tersebut adalah Laila Kamzul. Perempuan berhijab itu memutuskan membuka cabang disana karena tertarik dengan program pemerintah.

"Saya dagang di Blok F yang jaga di sini anak saya, daripada nganggur di rumah jadi jualan saja di sini," jelasnya. Barang yang dijual adalah busana hijab yang dibanderol seharga Rp 65.000 per helai.
Sudah berjualan selama 10 hari, dia mengaku pendapatan cukup stabil. Para pengunjung yang tadinya hanya ingin melihat-lihat jadi berbelanja saat melihat barang yang dijajakan para pedagang.        

Pedagang Jatibaru harus tertib dan ikuti aturan

Seperti menempati lokasi baru, pedagang kaki lima di sepanjang Jalan Jatibaru, Tanah Abang, Jakarta Pusat merasa senang. Selain lebih nyaman dan aman dari penggusuran, mereka merasakan omzet penjualannya lebih tinggi dibanding lokasi sebelumnya.

Widianti, salah satu pedagang baju anak mengatakan momen menjelang hari raya Natal adalah hari paling tinggi penjualannya. Pendapatannya dapat naik sampai 30% dari biasanya.

Dia mensyukuri bisa berdagang di pasar baru ini. Menurut ceritanya, tidak susah untuk mendapatkan jatah tenda di lokasi ini. Semuanya dalam koordinasi petugas pengelola Tanah Abang. "Mereka yang mendata, hampir semua yang berjualan di trotoar dipindahkan ke sini," katanya pada KONTAN.

Hanya saja, mereka tidak dapat memilih lokasi berjualan karena harus mengikuti nomor tenda yang telah dibagikan. Perempuan yang lebih akrab disapa Wiwik ini mengaku tidak keberatan dengan sistem tersebut karena rejeki sudah ada yang mengatur.

Sudah sepuluh hari menempati lokasi tersebut, tidak ada masalah yang dia dapati. Lokasi yang nyaman membuatnya tidak lagi harus waspada terhadap aksi para copet juga.

Saat menjelang sore hari, para pedagang wajib membersihkan lokasi tenda masing-masing. Menutup tenda dan menyimpannya dengan rapi, saat hendak berjualan pagi harinya, mereka pun harus memasang tendanya lagi.  

Wiwik berharap kedepan lokasi yang ditempatinya dapat lebih baik lagi dan konsumen pun makin banyak yang berkunjung.

Laila Kamzul, penjual baju hijab juga menuturkan penjualan setelah Natal dan tahun baru cenderung stabil. " Tapi tidak tahu lagi nanti saat sudah musim anak masuk sekolah," katanya.

Berbeda dengan sebelumnya, untuk mendapatkan jatah tenda dia harus mengajukan permintaan kepada pengelola pasar Tanah Abang. Setelah proses selama satu minggu, permintaannya pun dikabulkan.

Saat ini, tidak ada kendala yang ditemuinya. Hanya saja, dia diminta untuk tertib dengan membersihkan dan melipat tenda saat selesai berjualan.

Menurutnya, saat menjelang bulan puasa yang akan datang beberapa bulan lagi, mereka bakal kebanjiran pembeli. Lokasinya yang strategis tepat di depan pintu keluar Stasiun Tanah Abang membuat konsumen singgah walaupun hanya sekedar melihat-lihat.    

Namun, kini, lagi-lagi, kehadiran Pasar Jatibaru ini mengundang keresahan. Sejumlah pengemudi angkutan umum, khususnya mikrolet yang melewati jalan tersebut merasa dirugikan, lantaran jumlah penumpangnya merosot tajam. Penumpang menggunakan moda transportasi lain, sehingga pendapatan mereka turun drastis. Akankah Pemprov DKI Jakarta mempertimbangkan lagi kebijakaannya, sebab ketika ada yang diuntungkan, ada pula yang merasa dirugikan?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×