Club 27: yang Sebenarnya Terjadi saat Kita Berusia 27 Tahun

21 Desember 2017 9:12 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Shawol melayat ke pemakaman Jonghyun SHINee. (Foto: AFP/Jung Yeon-Je)
zoom-in-whitePerbesar
Shawol melayat ke pemakaman Jonghyun SHINee. (Foto: AFP/Jung Yeon-Je)
ADVERTISEMENT
Istilah Club 27 kembali ramai diperbincangkan setelah meninggalnya pemusik kenamaan Korea Selatan, Jonghyun ‘SHINee’ (18/12) tepat di usianya yang ke-27.
ADVERTISEMENT
Jonghyun ditemukan tergeletak tak berdaya di officetel Cheongdam-dong bagian selatan Seoul, Korsel, pada pukul 16.42 waktu setempat akibat menghirup karbon monoksida. Pesan terakhir Jonghyun, ia lelah dan pamit untuk pergi.
“Aku sudah sangat lelah. Biarkan aku pergi. Katakan bahwa aku sudah bekerja keras. Ini adalah salam terakhirku,” pesan Jonghyun kepada kakak perempuannya, Kim So-dam, sebagaimana dilansir Naver.com.
Kepergian pria 27 tahun itu menjadi berita duka yang disesalkan penggemarnya. Rasa kehilangan begitu mendalam, sehingga tak sedikit yang mendramatisasi dan memasukkan namanya ke dalam Club 27.
Kurt Cobain (Foto: Facebook @kurtcobain)
zoom-in-whitePerbesar
Kurt Cobain (Foto: Facebook @kurtcobain)
Club 27
Serupa namanya, Club 27 memang merujuk pada fenomena meninggalnya pemusik dan selebriti dunia pada usia 27 tahun sejak 1970-an silam.
Penamaan Club 27 bermula ketika Janis Joplin “Ratu Rock & Roll” tewas overdosis heroin pada 1970, hanya selang dua minggu setelah Jimi Hendrix bunuh diri dengan barbiturat. Setahun kemudian, pada 1971, Jim Morrison --musisi yang dikenal tampan, liar, sekaligus karismatik-- juga mengakhiri hidupnya pada usia yang sama, 27 tahun.
ADVERTISEMENT
Kesedihan bertubi dalam waktu singkat para legendaris itulah yang menjadi inti gagasan terciptanya Club 27. Usaha mengkaitkan kematian mereka dengan adanya Club 27 juga diperkuat setelah Brian Jones (1938), Robert Johnson “Raja Delta Blues” (1938), Kurt Cobain (1994), dan Amy Winehouse (2001) turut meninggal dunia pada umur 27 tahun.
Meski dengan motif kematian berbeda, namun kesamaan angka 27 itu --sadar tidak sadar-- menimbulkan banyak tanya tentang kebenaran gagasan Club 27.
Janis Joplin (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Janis Joplin (Foto: Wikimedia Commons)
Namun, apakah sebenarnya Club 27 sebuah sebuah fakta yang punya kausalitas kuat? Ataukah ia hanya mitos belaka?
Menurut BMJ dalam Is 27 Really a Dangerous Age for Famous Musicians? A Retrospective Cohort Study, menemukan Club 27 adalah sebuah mitos yang didramatisasi.
ADVERTISEMENT
Penelitian yang dipimpin Adrian Barnett dari Queensland University of Technology di Australia itu menemukan risiko kematian pada pemusik atau selebriti tidak hanya terbatas pada angka 27 tahun. Lebih dari itu, potensi kematian juga akibat gaya hidup hingga tekanan dalam ketenaran itu sendiri memang tinggi di usia akhir 20-an.
Bukan rahasia umum lagi, dunia pentas menyuguhkan sisi “gelap” yang erat dengan tuntutan kesempurnaan yang seringkali menyebabkan tekanan.
Untuk menguji hipotesis Club 27, Barnett menghitung kematian musisi terkenal --sebanyak 1.046 bintang death metal, rock & roll, hingga aktor-- dengan populasi Inggris. Hasilnya, puncak jumlah kematian tidaklah datang pada usia 27 tahun.
Meski demikian, penelitian tersebut memperlihatkan bahwa angka kematian memang lebih tinggi jatuh pada musisi yang berada di usia 20-30 tahun. Angka 27 tidak spesial; karena di dekade tersebut memang memiliki jumlah kematian dua kali lipat ketimbang rentang usia lainnya.
Kolase Club 27 (Foto: Dok. SM Entertainment, Facebook/Amy Winehouse Foundation, Wikimedia Commons, Facebook @JimiHendrix)
zoom-in-whitePerbesar
Kolase Club 27 (Foto: Dok. SM Entertainment, Facebook/Amy Winehouse Foundation, Wikimedia Commons, Facebook @JimiHendrix)
Jika gagasan Club 27 tidak terbukti secara dominasi jumlah kematian, lalu pertanyaan lain kemudian muncul. Sebetulnya apa yang terjadi saat kita berusia 27 tahun?
ADVERTISEMENT
Trust Alzheimer dalam BBCnews melaporkan pada usia 27 tahun, tubuh seseorang memang secara alamiah mengalami kemunduran mental --yang tak terelakkan secara biologis.
Profesor Timothy Salthouse dari University of Virginia melakukan penelitian dengan 2.000 orang untuk menguji hal ini. Berbagai tes dilakukan, di antaranya dengan materi mengingat kata-kata, pemecahan teka-teki hingga beragam simbol.
"Penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan alami beberapa kemampuan mental kita seiring bertambahnya usia dimulai lebih awal dari yang diperkirakan beberapa orang, yaitu pada usia 20 dan 30an,” kata Rebecca Wood, anggota peneliti Trust Alzheimer lainnya.
Lebih lanjut, penurunan hingga gangguan mental dapat menimbulkan potensi depresi seperti perasaan sedih, gelisah dan hampa.
Selain itu, seperti yang ditulis Samantha Matt di Huffington Post, usia 27 menjadi peralihan dari seseorang muda menjadi dewasa. Ia menyoroti psikologis diri, yang menempatkan ekspektasi diri berlebih setelah kita berumur 27 --berbeda jauh ketika seseorang berada di umur 26. Di umur 28 lebih, ia mengaku lebih sering melakukan refleksi perjalanan diri dan banyak menyesali kegiatan yang tak diambilnya ketika umurnya masih 26 tahun.
ADVERTISEMENT
Sederhananya, pada usia 20 hingga 30-an itulah fase seorang dewasa akan mengalami “pergolakan” mental dalam diri. Jawaban ketika krisis mental terjadi memang hanya dua, bertahan atau terkalahkan.
Jadi, bagi kamu yang akan atau sedang menghadapi usia 27 tahun, siapkah untuk melaluinya?
=============== Simak ulasan mendalam lainnya dengan mengikuti topik Outline!