kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berburu kerajinan bambu di Banyuwangi (3)


Sabtu, 23 September 2017 / 10:35 WIB
Berburu kerajinan bambu di Banyuwangi (3)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Dengan produk natural dengan bentuk unik dan gaya vintage, para perajin tak lagi pusing untuk memasarkan produknya. Yang selama ini menjadi kesulitan para perajin dari sentra ini adalah melakukan ekpor secara langsung. Oleh karenanya, sampai sekarang mereka masih mengandalkan kerjasama dengan kargo.

Suparti, salah satu perajin mengaku, hanya pihak cargo yang bisa membuka pasar di luar negeri. Dia lebih perusahaan logistik asal  Denpasar, Bali, karena lebih jelas dan aman kerjasamanya.

Sejatinya, kata Suparti, pemerintah ingin mereka ekspor sendiri. Namun, permintaan itu tak diikuti oleh pemberian informasi soal cara membuka pasar mancanegara.

Selain kendala pemasaran ini, Suparti yang sudah lebih dari lima tahun menggeluti usaha ini juga masih menghadapi kendala dari cuaca yang tak menentu.

Pasalnya, mereka masih andalkan sinar matari untuk mengeringkan bambu. Bila sinar matahari tak maksimal, maka masih adanya kadar air bisa memicu jamur dan produk ditolak oleh konsumen.  

Perajin pun tak mau memakai oven karena takut akan mengerek biaya produksi. "Biaya produksi akan menjadi tak sebanding dengan harga jual produk," cetus Widodo, perajin lainnya. Alhasil, jika musim pancaroba datang seperti saat ini, proses produksi tak bisa maksimal.  

Bertambahnya jumlah perajin di wilayah itu juga memberi dampak persaingan yang kian ketat. Akibatnya, perang harga pun tak dapat dhindari.

Sayangnya, akibat perang harga, perajin tak lagi menjaga kualitas produk. Kondisi ini membuat pembeli kecewa dan banyak pelanggan yang kemudian berpaling.

Empat tahun lalu, kondisi seperti ini pernah terjadi. Perajin banyak kehilangan pelanggan dalam kurun waktu cukup lama, sehingga mereka harus menanggung rugi dalam jumlah besar.

Namun, perlahan, perajin bisa mengembalikan keadaan. Sentra kerajinan bambu Desa Gintangan kembali ramai.
Agar tak terulang peristiwa ini, Suparti pun selalu titikberatkan soal kualitas. "Apalagi kalau mendapatkan konsumen asing, mereka sangat cerewet dan detil. Jadi, kami harus buat  sempurna agar barang tidak dikembalikan," terang dia.

Supaya kesan unik tetap melekat, Suparti pun rajin merancang sendiri produknya. Ia enggan mencari ide dari internet karena banyak yang meniru. "Idenya muncul begitu saja dari kepala saya," pungkasnya.

Sedangkan, Widodo, perajin bambu lainnya mengaku tidak terlalu ambil pusing dengan persaingan yang terjadi di sentranya. Dia terus mempertahankan kualitas produksi dan detil produk agar tak ditinggalkan konsumen.
Dia berharap usahanya kian ramai dan mempunyai pasar yang lebih luas dengan rajin buat desain baru.        

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×