kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bertandang ke pusat kerajinan kayu di Sebatu (3)


Kamis, 20 Juli 2017 / 15:05 WIB
Bertandang ke pusat kerajinan kayu di Sebatu (3)


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Johana K.

Puluhan patung Budha berbagai ukuran terpajang di dalam artshop Ganesha milik Nyoman Suarni. Sebagian tampak usang berdebu. Sebagian lagi justru tampak sangat baru dan tegak berjejer di pelataran kios. Bahkan, patung-patung tersebut belum melalui proses finishing.

Saat KONTAN  menyambangi kiosnya, Nyoman memang sedang merampungkan pengerjaan patung tersebut. “Kalau ini pesanan dari Spanyol. Dapat orderan Rp 40 juta, ” tutur Nyoman menunjuk patung-patung setengah jadi yang ada dihadapannya.

Selama tiga tahun terakhir, tiga bulan sekali Nyoman rutin menerima order dari Spanyol. Pesanan inilah yang menghidupi usahanya. “Kalau pengunjung lokal yang cari oleh-oleh jarang sekali ke sini,” ujar Nyoman.  

Setiap ada order, Nyoman tak mengerjakannya sendiri. Ia merekrut tenaga perajin freelance. Satu patung bisa selesai dalam dua hari. Upahnya Rp 5.000 per patung.

Nyoman bukanlah satu-satunya pedagang kerajinan kayu di Sebatu. Di sekitar kiosnya berdiri pula kios-kios perajin lain baik dengan produk yang serupa maupun  berbeda. Meski demikian, persaingan antar perajin masih berlangsung sehat.

Biasanya, para perajin juga berbagi order. "Kalau ada pesanan empat kontainer, dibagi, satu container ke galeri mana, sisanya ke galeri yang lain,” tutur Nyoman. Inilah kiat perajin menjaga keharmonisannya.

Seperti halnya Wayan Durmita, di saat yang sama, juta sedang memenuhi pesanan pelanggan dari  Spanyol. Namun, Wayan tak membuat patung, melainkan membuat kotak untuk menyimpan dupa. “Sekarang sedang ada orderan dari Spanyol, sebelumnya ke Itali juga pernah,” jelas Wayan.

Tak memberdayakan perajin freelance, Wayan mengandalkan tenaga dua karyawan di artshop miliknya. Hanya saja, demi menggenjot produksi, Wayan gunakan jasa vendor. “Kadang kami beli kotaknya sudah jadi, tapi nanti kami finishing lagi disini,” tutur dia.

Dalam satu hari, satu karyawan Wayan bisa merampungkan pembuatan lima buah kotak dupa. Kotak-kotak ini dijual dengan harga Rp 15.000-Rp 60.000 per buah tergantung ukuran. “Kami bikin sesuai pesanan saja, kalau sudah siap langsung diambil kargo,” ujar nya.

Meski persaingan lancar, bukan berarti produksi kerajinan di Sebatu berjalan tanpa kendala. Bagi Nyoman, kendala terbesar adalah soal bahan baku. Dia bilang, terkadang sulit untuk mendapatkan bahan kayu yang murah. “Saya beli langsung ke yang punya pohon. Kadang mereka gak mau jual kalau masih punya uang,” tutur Nyoman.

Sementara itu, Wayan merasa kesulitan saat musim hujan tiba. “Biasanya kalau musim hujan sering jamuran,” ujarnya. Sebagai antisipasi, Wayan selalu melapisi anti jamur setiap produk kerajinan kayu bikinannya.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×