kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menyulap daun pandan menjadi tas dan aksesori unik


Kamis, 27 April 2017 / 17:47 WIB
Menyulap daun pandan menjadi tas dan aksesori unik


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Sejati Handicraft berdiri pada tahun 2014. Usaha yang didirikan oleh Ucok Adi Setiawan itu mengolah daun pandan menjadi kerajinan anyaman. 

Kerajinan itu pun menjadi potensi masyarakat Desa Semanding, Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen. "Di sini memang ada perkumpulan penganyam pandan," ujar Gama Adisetianto, Advisor Sejati Handicraft.

Melihat potensi itu, Ucok yang pernah bekerja di rumah produksi tas di Surabaya, akhirnya berinisiatif mendirikan Sejati Handicraft. Ia memanfaatkan anyaman karya penduduk untuk bahan baku tas, dompet, cover tissue, hingga wadah mug dan gelas.

Daun pandan ini lantas dikombinasikan dengan bahan lainnya. Saat ini mereka mulai memanfaatkan pakaian yang tak terpakai, seperti celana jins. Kedua bahan ini kemudian disulap menjadi tas.

Sejati Handicraft mendapat pasokan daun pandan dari Karanganyar atau Sempor. Saat ini usaha itu menggandeng 10-15 penganyam lokal sebagai mitra.

Sementara, pakaian atau jins bekas dikumpulkan dari masyarakat sekitar. "Kadang ada masyarakat yang kasih gratis. Tapi, kalau pesanan sedang banyak, kami membeli kain," tutur Gama.

Hasil produksi Sejati Handicraft dipasarkan lewat berbagai event dan pameran. Tas dan dompet dari anyaman daun pandan dijual dengan rentang harga

Rp 50.000–Rp 100.000 per unit. Sementara  harga cover tissue dan wadah mug dijual Rp 30.000 per unit. "Kalau dari bahan jins bisa sekitar Rp 100.000," ujar Gama.

Meski hanya mengandalkan event dan pameran, produk Sejati Handicraft sudah pernah menjajaki berbagai daerah di Indonesia, seperti Jakarta, Lampung, dan Bali. Jika sedang banyak order, kapasitas produksi di workshop Sejati Handicraft bisa mencapai 2.000 produk dalam satu bulan. "Omzet pernah mencapai Rp 25 juta- Rp 28 juta," ujar Gama.

Meski demikian, Gama kini mengakui bahwa peminat produk kerajinan anyaman pandan sudah mulai surut. Ia bilang, sejak awal tahun 2017, Sejati Handicraft sudah sepi pembeli. "Kami juga jarang diundang ikut pameran atau event," tutur Gama.

Turunnya permintaan ini jelas mempengaruhi semangat para pengrajin. Perlahan mereka mulai beralih ke produksi bulu mata. "Kalau permintaan turun, otomatis hasil anyaman mereka dijual murah," ujar Gama.

Namun, Gama sendiri tak putus asa. Ia tetap optimis bahwa Sejati Handicraft masih dapat terus berkembang. Salah satu jalannya adalah dengan menerapkan sistem produksi by order  atau menurunkan harga jual untuk sementara waktu.  Yang pasti, dukungan pemerintah dalam hal promosi tetap menjadi hal yang ditunggu-tunggu oleh salah satu UKM lokal ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×