kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mengangkut laba dari bisnis olah sampah


Selasa, 24 Januari 2017 / 12:52 WIB
Mengangkut laba dari bisnis olah sampah


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Rizki Caturini

Minat besar untuk mendirikan usaha membuat Iqra Putra Sanur gencar mencari peluang. Berpijak pada keluhan masyarakat, akhirnya ia memutuskan untuk melakoni bisnis pengangkutan dan pengolahan sampah. Moshi-Moshi Spesialis Sampah, begitulah ia menamai bisnisnya.

Ide untuk mengelola sampah didapat Iqra setelah ia balik dari perantauan ke kampung halamannya di di Sugguminasa, Gowa, Sulawesi Selatan. Mahasiswa lulusan Prodi Manajemen Sumber Daya Perairan, Institut Pertanian Bogor ini telah menggeluti bisnis sejak tahun 2014.

Setelah Iqra mengikuti beberapa seminar kewirausahaan, ia semakin tergugah untuk merancang bisnis yang lebih menjanjikan. “Suka ada yang mengeluh jadwal pengangkutan sampah gak teratur,” ujarnya. Ga

Bisnis ini ia pelopori secara mandiri. Pada tahun 2016 ia mulai membentuk tim. Layanan yang ditawarkan oleh Moshi-Moshi Spesialis sampah adalah pengangkutan dan pengolahan sampah. Fokus utamanya saat ini memang pada pengangkutan sampah. Ada tiga armada pengangkut sampah yang beroperasi enam hari dalam seminggu mengumpulkan sampah dari para klien.

Saat ini pelanggannya berasal dari perumahan, restoran, cafe, dan sekolah. Ada beberapa paket pengangkutan yang ditawarkan oleh Moshi-Moshi Spesialis Sampah. Namun, menurut Iqra saat ini umumnya menggunakan paket door to door. Pelanggan yang memilih layanan ini dikenakan biaya Rp 25.000 per bulan untuk tiga kali pengangkutan sampah dalam seminggu.

Bagi pelanggan yang ingin pelayanan lebih, mereka dapat memilih paket layanan lainnya. Misalnya jasa angkut sampah setiap hari. Untuk layanan ini pelanggan dikenakan cost sebesar Rp 45.000 per bulan.

Moshi-Moshi Spesialis Sampah menerapkan sistem jemput bola dalam sistem pembayaran. Jadi, pelanggan tak perlu repot mengantarkan ataupun melakukan trasfer. Pihak Moshi-Moshi memiliki staf sendiri yang berkeliling tiap bulannya untuk memungut biaya bulanan.

Di masa-masa awal beroperasi, sampah anorganik yang dikumpulkan Moshi-Moshi sempat dijual ke pabrik pengolahan. Namun, sekarang telah dicacah dan disimpan di gudang. Sementara itu, sampah organik hingga saat ini dibuang di kontainer milik pemerintah.

Mengandalkan jasa pengangkutan, Moshi-Moshi saat ini bisa meraup omset hingga Rp 10 juta dalam satu bulan. Iqra menargetkan tahun depan omzet ini akan terus meningkat. “Mudah-mudahan bulan 2 tahun depan sudah bisa mulai pengolahan,” ujarnya.

Satu armada Moshi-Moshi, berkapasitas 500 kilogram (kg). Masing-masing armada setiap harinya disebar ke 250-300 unit pelanggan. Melalui armada tersebut, setiap harinya Moshi-Moshi bisa mengumpulkan 500 kg hingga 1 ton sampah.

Sampah-sampah yang berhasil dikumpulkan, kemudian dipilah. Moshi-Moshi membagi sampah tersebut atas sampah organik dan non organik. “Biasanya 60% sampah yang dikumpulkan adalah sampah non organik,” tutur Iqra.

Iqra akhir tahun lalu mendapatkan investor untuk mendirikan pabrik pengolahan sampah. Iqra bilang, sampah organik nantinya akan diolah menjadi biogas, sementara sampah non organik dicacah untuk diolah kembali hingga pendapatannya bertambah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×