Share

Impian Horiyos, Sang Penyelamat Penyu di Tanah Minang

Rus Akbar , Okezone · Selasa 30 Agustus 2016 07:30 WIB
https: img.okezone.com content 2016 08 30 340 1476218 impian-horiyos-sang-penyelamat-penyu-di-tanah-minang-Y6wlVxha6Y.JPG Pati Horiyos memegang tukik hasil penangkarannya (Rus Akbar/Okezone)
A A A

PADANG – Kerja keras Pati Horiyos (28) menangkar penyu di Pantai Pasir Jambak, Kelurahan Pasie Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat, kini berbuah hasil. Meski sempat diejek sejak memulai aksinya pada akhir 2014, kini ia sudah mampu menetaskan lebih 7 ribu tukik.

Kepuasan Yos, panggilan akrabnya, sekarang terbayar lunas, bila ia bisa menyaksikan penyu-penyu yang dipeliharanya bisa kembali ke habitatnya di laut lepas. Tukik-tukik penyu tersebut tidak hanya dilepas di pantai Pasir Jambak sekitar warung adiknya, kadang-kadang bersama temannya menyewa boat untuk melepaskannya kembali ke pulau tempat asal telur, seperti pulau Toran.

“Kita menyewa boat bersama teman-teman, biasanya sewa boat itu Rp500 ribu, namun kita lobi sama pemiliknya untuk menurunkan harganya akhirnya bisa turun menjadi Rp300 ribu, kemudian kita juga bermalam di pulau untuk mencari telur penyu, untuk makan kita patungan sama teman-teman. Selama saya menggeluti ini ada sekitar 7.000 an tukik sudah dilepaskan baik di Pasir Jambak maupun di pulau-pulau depan tempat kita,” terangnya.

Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Padang kini mempercayai Yos sebagai pengurus kelompok pengawasan di Pasir Jambak. Ia diberi kompensasi untuk setiap tukik-tukik yang dilepaskan ke laut.

“Saya tidak membisniskannya, tetapi kompensasi yang diberikan tersebut, cukup membantu untuk pembelian telur-telur dan perawatan ratusan tukik, untuk dibesarkan sebelum siap dilepaskan,” tambah Yos.

Kini, untuk mengurus anakan penyu itu, Yos bersama kelompoknya dan dibantu teman-temanya yang sering mampir ke warung adiknya, secara bergantian dan selalu setia mengganti air di baskom-baskom pembesaran dan bak pembesaran. Mereka juga menyiapkan pakan berupa ikan rucah setiap harinya.

“Barusan kita melepaskan tukik sebanyak 150 ekor, dan masih ada di baskom 30 an ekor lagi, tukik itu belum kuat untuk di lepaskan, mengetahui bagaimana dia kuat, kalau kita letakkan ditanah dia akan bergerak menuju laut, tapi kalau sakit dia hanya diam saja,” tuturnya.

 

Namun, satu yang belum kesampaian adalah mencari penyu belimbing. Menurutnya, penyu belimbing kalau sudah besar beratnya bisa mencapai 1 ton lebih. “Telurnya ini besar dan di sini sebenarnya ada di pulau-pulau tapi umumnya dimakan biawak,” ceritanya.

Yos punya cita-cita atas apa yang sudah dirintasnya itu. Ia tak hanya menangkar penyu dalam jangka pendek. “Saya ingin kawasan wisata Pasir Jambak ini memiliki ikon wisata, sebab selama ini kawasan tempat kami sangat sepi pengunjung paling ramai saat libur, tapi itupun tidak seberapa. Sementara pemerintah masih kurang promosikan wisata,” tuturnya.

Jika ini juga diikuti oleh warga di sini, menurutnya, akan bisa menambah uang masuk bagi mereka.

Yos mencontohnya, kalau pengunjung datang ke lokasi saat melepaskan tukik bisa dikenakan biaya satu ekor Rp10 ribu.

“Kita mau minta sumbangan tersebut, kalau mereka lepaskan itu banyak tentu akan banyak pula hasilnya, itu masih angan-angan saya. Kalau itu bisa dijalankan maka akan banyak pengunjung datang ke tempat kita, dari pada menjual telur penyu Rp3.000 mendingan kita bersabar untuk mendapatkan pendapatan yang lebih besar,” harapnya.

Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024

Follow Berita Okezone di Google News

Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya

Di sisi lain, Pemerintah Kota Padang lewat Dinas Kelautan dan Perikanan memberikan apreasiasi kepada Horiyos dalam bentuk donasi satu ekor tukik Rp5.000.

“Baru tahun ini kita memberikan kompesasi kepada Yos, satu ekor tukik yang sudah menetas itu kasih kompensasi Rp5.000,” kata Kasi Pengelolaan Wilayah Pesisir Laut dan PPK/UPT Penangkaran Penyu Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Padang, Riska Eka Putri.

Menurutnya, Kota Padang juga memiliki penangkaran penyu yang dibangun pada 2013 di kawasan Pantai Air Manis, Kecamatan Padang Selatan dan saat ini dikelola Uni Pelaksana Teknis (UPT) Penangkaran Penyu.

“Untuk tahun 2016, kita menargetkan sekira 6.000 butir untuk di inkubasi, kalau tahun lalu kita targetkan 10.000, namun karena bencana kabut asap jadi banyak penyu yang tidak mendarat di pulau-pulau untuk bertelur, makanya tahun ini kita kurangi,” ujarnya.

Kabut asap sangat berpengaruh dengan penyu yang bertelur penyu. Penyu punya insting melihat benda-benda langit kalau istilahnya navigasi, kalau kabut asap ada tentu tidak nampak bintang atau benda-benda langit yang menjadi navigasinya.

“Jadi dia (penyu) tidak bisa menentukan titik koordinatnya tempat dia bertelur,” ucapnya.

Kalau untuk pendarata penyu ini banyak pulau-pulau di Kota Padang bahkan di pantai-pantai Padang juga pernah ada sekali-sekali.

“Paling sering bertelur itu di Pulau Toran, Pulau Pandan dan Pulau Bindalang, ada juga sekali-sekali di Pulau Air, terus di Pulau Sao, Pasir Jambak diseluruh Pantai di Kota Padang sekali-sekali ada juga bertelur,” ungkapnya.

Riska menambahkan untuk di Pulau Bindalang pihaknya sudah bekerja sama dengan penjaga pulau. Apalagi di kawasan itu banyak biawak, jadi setiap penyu bertelur selalu digali biawak untuk dimakannya.

“Untuk mengantisipasi kita bekerja sama dengan pihak penjaga pulau, kalau ada penyu bertelur kita kasih boks, nanti telur penyu itu dimasukkan dalam boks beserta pasir dan diletakkan dalam penangkaran, kadang kita juga menumpang kepada Horiyos untuk di tangkarkan,” katanya.

Biasanya, musim bertelur penyu ini terjadi selama Januari sampai Maret. “Untuk membedakan jenis kelamin tukik yang baru menetes ini kalau musim panas dia menetas maka tukik ini berkelamin jantan, namun kalau musim penghujan tukik akan berkelamin betina, begitulah seterusnya,” terangnya.

Kalau penangkaran secara pribadi, kata Riska, di Kota Padang hanya Horiyos yang punya. “Kini Horiyos kita sering undang untuk berbagi pengalaman dengan kelompok atau komonitas pencinta penyu atau tukik,” pungkasnya.

1
2

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini