ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT

Bursa Global Terhenyak oleh Komentar Yellen

Jumat, 12 Februari 2016 | 01:04 WIB
HA
IS
B
Gubernur The Fed Janet Yellen mengkhawatirkan kondisi ekonomi global, yang dapat meredam peluang kenaikan suku bunga AS dalam waktu dekat.
Gubernur The Fed Janet Yellen mengkhawatirkan kondisi ekonomi global, yang dapat meredam peluang kenaikan suku bunga AS dalam waktu dekat. (AFP Photo/Nicholas Kamm)

London – Sekali Gubernur The Federal Reserve (The Fed) Janet Yellen berkomentar suram tentang kondisi dan prospek perekonomian global, bursa saham bertumbangan. Sementara harga minyak mentah jatuh hampir ke level terendah dalam 12 tahun.

Indeks industrial Dow Jones di Bursa New York, Amerika Serikat (AS) ditutup turun, Rabu (10/2), setelah Yellen juga menepis peluang kenaikan lagi suku bunga acuan dalam waktu dekat.

Penurunan di Bursa New York memicu lagi aksi jual di Asia, Kamis (11/2). Indeks saham Hong Kong turun tajam pada saat para investor baru kembali dari libur tiga hari dalam rangka Tahun Baru Imlek.

Aksi jual itu kemudian merembet ke Eropa. Indeks saham di Athena, Yunani, merosot sampai 6% dan indeks di Milan, Italia jatuh 5%. Sedangkan Paris melemah 3,1% pada awal perdagangan sesi siang.

ADVERTISEMENT

Indeks saham Frankfurt, Jerman dan Madrid, Spanyol juga sempat jatuh lebih dari 3%. Sedangkan indeks saham London, Inggris turun 2,0%.

"Gubernur The Fed memicu gelombang kepanikan jelang sesi akhir di Amerika, lalu kemudian menjalar ke Asia dan hinggap hingga Eropa. Kurangnya muatan dovish plus komentar-komentar suram mengenai prospek global memantik kembali ketakutan para investor tentang kemungkinan resesi dunia," tutur Connor Campbell, analis dari Spreadex kepada AFP.

Harga minyak mentah acuan AS, West Texas Intermediate (WTI), sempat turun di bawah US$ 27 per barel karena kelebihan pasokan global sudah kronis. Sentimen makin buruk setelah raksasa tambang Australia Rio Tinto membukukan rugi bersih tahunan US$ 866 juta.

Rio Tinto menyebut kondisi eksternal yang sangat berat karena harga-harga komoditas jatuh dan perlambatan pertumbuhan ekonomi Tiongkok memukul kinerja perseroan. Tahun lalu, Rio Tinto membukukan laba bersih US$ 6,53 miliar.

Akibatnya, perseroan mencabut kebijakan dividen progresif, yang mana pemegang saham secara bertahap mendapatkan kenaikan pembayaran. Menyusul laporan tersebut, harga saham Rio Tinto anjlok 4,14% menjadi 1,692 sen.

Perusahaan tambang asal Swiss menjadi pecundang terbesar di London setelah melaporkan penurunan 6,0% produksi tembaga kuartal empat. Harga saham Glencore merosot 6,4% menjadi 87,54 sen.

"Kekhawatiran terhadap pertumbuhan global membuat saham-saham sumber daya alam sempoyongan. Rio Tinto terpukul paling keras setelah mengumumkan perubahan kebijakan dividen," ujar Tony Cross, analis dari TrustNet.

Yellen dalam testimoni di hadapan Kongres AS mengatakan, ketidakjelasan kebijakan nilai tukar yuan di Tiongkok sebagai pemicu turbulensi di pasar finansial global. Hal tersebut juga memperparah kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi global.

"Penurunan yuan baru-baru ini makin menebalkan ketidakpastian mengenai kebijakan nilai tukar di Tiongkok dan prospek perekonomiannya," ujar Yellen.

Ketidakpastian tersebut, tambah dia, memperbesar volatilitas di pasar finansial global. Di tengah pelemahan ekonomi di luar negeri, kata Yellen, kekhawatiran terhadap prospek pertumbuhan global pun makin menjadi.

Meski Yellen tetap yakin perekonomian Tiongkok tidak akan hard landing, dia menilai ketidakpastian yang berasal dari negara perekonomian terbesar kedua dunia ini adalah faktor penyebab kemerosotan tajam harga-harga komoditas global. Yang paling merasakan dampaknya adalah para eksportir di seluruh dunia.

"Indikator-indikator ekonomi terbaru tidak menunjukkan perlambatan tajam pertumbuhan di Tiongkok. Tapi, ketidakjelasan mengenai dampak negatif kebijakan yuan terhadap perekonomian global yang membuat harga minyak dan komoditas lainnya berjatuhan belakangan ini," tutur Yellen.

Harga-harga komoditas yang rendah, lanjut dia, bisa menekan kondisi finansial negara-negara eksportir komoditas dan juga perusahaan-perusahaan komoditas di seluruh dunia.

"Jika persoalan-persoalan ini seperti ini timbul, aktivitas dan permintaan di luar negeri bagi ekspor AS bisa melemah dan kondisi pasar finansial bisa terus mengetat," kata dia.

Yellen juga mengatakan, perekonomian AS dihadapkan pada risiko-risiko pengetatan finansial domestik dan gejolak perekonomian global.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News

Ikuti terus berita terhangat dari Beritasatu.com via whatsapp

Ikuti Berita-Berita Ekonomi Terkini Hanya di IDTV

Bagikan

BERITA LAINNYA

Loading..
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ARTIKEL TERPOPULER





Foto Update Icon
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT

B-FILES


Mudik Lebaran 2024: Fenomena Migrasi, Kesiapan Infrastruktur, dan Perputaran Uang

Opini Text

Anak Blasteran

Anak Blasteran

Paschasius HOSTI Prasetyadji