kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aroma bisnis kebab masih terus mewangi


Sabtu, 10 Oktober 2015 / 10:55 WIB
Aroma bisnis kebab masih terus mewangi


Reporter: J. Ani Kristanti | Editor: Tri Adi

Usaha kebab masih tampak menggiurkan. Meski bukan penganan asli Indonesia, nyatanya banyak lidah orang negeri ini terlanjur akrab dengan jajanan khas Timur Tengah ini.

Peminatnya kian banyak. Tak heran, beberapa tahun terakhir, masih ada saja pemain baru di bisnis kuliner ini. Tentu saja, kondisi ini mengakibatkan persaingan yang makin ketat. Tapi, bukan berarti peluang bisnis kebab ini menyusut.

Hendy Setiono, pemilik sekaligus Presiden Direktur PT Baba Rafi Indonesia, pun menyebut, peluang bisnis kebab masih baik. Pasalnya, lanjut dia, kebab bukan jenis makanan yang dipengaruhi oleh tren. “Makan kebab ini sudah menjadi suatu kebutuhan bagi konsumennya,” jelas Hendy. Baba Rafi pun terus berekspansi dengan meluncurkan konsep baru untuk bisnis kebab.

Prospek bisnis kebab yang masih bagus ini juga tercermin dari minat masyakarat yang masih tinggi untuk membuka gerai waralaba Baba Rafi. Dalam pameran waralaba bulan lalu, Hendi bilang, ada 28 calon terwaralaba yang tertarik membuka gerai Baba Rafi. Maklum, Hendi mengenalkan konsep baru gerai Kebab Turki Baba Rafi, yakni All New Black.

Minat pembukaan gerai yang masih tinggi juga terlihat dari kemitraan yang ditawarkan Ar-Raudah. Reza Dharma, pemilik Kebab Ar-Raudah, mengungkapkan, ada tiga hingga empat mitra usaha baru yang membuka gerai Kebab Ar-Raudah. Bukan saja di Jabodetabek, peminat kemitraan kebab ini juga datang dari luar Pulau Jawa.


Harus ada inovasi
Meski pasar masih baik, pemain kebab juga harus mencermati berbagai fenomena yang berkembang di bisnis kuliner. Jadi, jangan menganggap persaingan hanya dengan sesama pelaku kuliner kebab, tapi juga bisnis kuliner lain yang tengah berkembang. Hendi mengatakan, bisnis foodtruck, foodbazar di pusat belanja hingga fenomena bisnis kuliner sejenis Pasar Santa, perlu menjadi perhatian pemilik atau calon pelaku usaha yang terjun di bisnis kebab.

Pelaku usaha pun harus rajin berinovasi, baik lewat menu, kemasan atau cara penyajian. Jangan lupakan pula, perangkat marketing juga harus disesuaikan dengan pasar terkini. Misalkan, media sosial harus mulai dilibatkan dalam promosi supaya bisnis kebab terus bergairah.

Berikut ini beberapa evaluasi dari bisnis kebab yang telah berkembang:


• Kebab Turki Babarafi
September lalu, perjalanan Kebab Turki Baba Rafi telah mencapai 12 tahun. Selain itu, bulan lalu, pioner bisnis kebab di Indonesia ini berhasil menancapkan tonggaknya di Benua Eropa dengan membuka gerai perdananya di Belanda. Hendy pun berharap bisa membuka 10 gerai lagi di negara-negara Benua Biru tersebut. Sementara, untuk Asia, Kebab Turki Baba Rafi sudah ada di 8 negara.

Sampai saat ini, Hendy mencatat, ada sekitar 1.200 outlet Baba Rafi yang aktif. Dia optimistis, bisnisnya akan terus berkembang jika melihat pencapaian yang diperolehnya dalam International Franchise Expo di Jakarta Convention Center, September lalu. “Kami mencatat closing terbesar calon terwaralaba sepanjang sejarah Baba Rafi,” cetus Hendy.

Dalam pameran tersebut, Baba Rafi sekaligus meluncurkan konsep baru, yakni All New Black Kebab. Selain menu baru berupa black kebab, Hendy juga memasarkan tipe gerai baru, yakni kebab dalam kontainer (container kebab).

Langkah ini dilakukan Hendy sebagai respons pada fenomena kuliner yang terlihat setahun belakangan ini. Ia melihat, banyak pengusaha kuliner yang mengusung konsep baru, mulai dari foodtruck hingga kontainer booth sebagai fasilitas penjualan.

Tentu saja, menu black kebab yang menggunakan charcoal  (arang) sebagai salah satu bahannya hanya ditawarkan dalam konsep gerai terbaru. Namun, gerai konsep baru ini juga masih menawarkan kebab
original, seperti di gerai Kebab Turki Baba Rafi. Hendy mengklaim, menu baru ini
banyak digemari saat pameran berlangsung.

Nilai investasi gerai konsep baru ini mulai dari Rp 75 juta untuk tipe all black bus dan black kiosk. Tipe lainnya adalah container kebab yang dipatok dengan harga Rp 200 juta.

Hendy mengatakan, sampai saat ini gerai-gerai lama Baba Rafi masih membukukan omzet yang stabil. Kisarannya antara Rp 500.000 hingga Rp 600.000 per hari, dengan harga jual kebab mulai Rp 15.000-Rp 18.000 per porsi, tergantung lokasi gerai. Tahun ini, Hendy tidak berencana untuk melakukan perubahan harga.


• Kebab Ar-Raudah
Kebab Ar-Raudah yang digawangi oleh Reza Dharma ini berdiri sejak tahun 2012. Pada saat yang sama, dia langsung membuka tawaran kemitraan usaha. Saat ini, mitra yang sudah bergabung sudah ada 60 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia. Sedangkan gerai milik sendiri, ada enam gerai yang semua berlokasi di Jakarta.

Produk kebab yang ditawarkan ada tiga varian, yakni kebab daging sapi, kebab daging ayam, dan kebab vegetarian dengan berbagai ukuran. Harga jual produknya mulai dari Rp 8.000 hingga Rp 13.000 per menu.

Reza menawarkan beberapa paket investasi mulai dari Rp 6 juta hingga Rp 13 juta. Dari beberapa gerai yang eksis hingga saat ini, Reza melihat penjualan kebab cukup stabil. Omzet yang bisa diperoleh setiap gerai berkisar antara Rp 300.000 hingga Rp 700.000 per hari.

Sama seperti Baba Rafi, Ar-Raudah pun tak mau ketinggalan berinovasi. Reza bilang, tahun ini meluncurkan green kebab. Kebab rasa baru ini berwarna hijau pada kulit kebabnya. Warna hijau diperoleh dari daun suji. Selain itu, aroma kebab ini juga lebih wangi.

Inovasi ini pun cukup berhasil. Produk baru ini mendapat respons sangat baik di pasar. Terbukti dengan keberhasilan green kebab mendongkrak omzet gerai hingga 200%.

Reza optimistis, peluang bisnis kebab masih bagus pada tahun-tahun mendatang asal para pelaku usahanya rajin dalam pengembangan produk. Selain itu, pemain baru harus punya komitmen kuat dalam berbisnis dan tak mudah menyerah. Konsistensi soal rasa juga harus mendapat perhatian penting.

Belajar dari pengalamannya, Reza menuturkan, banyak pemain usaha kebab yang akhirnya menutup usahanya ketika pasar sepi. Reza pun menanggapi hal itu sebagai langkah yang kurang tepat dalam berbisnis. “Ketika sepi, pelaku usaha harus mencari solusinya. Pantang menyerah,” tegas dia.

Meski begitu, dia juga mendapati beberapa mitra yang menutup gerainya. “Ada yang karena persoalan karyawan, mitra pindah ke luar kota dan lainnya. Padahal omzetnya bagus,” kata Reza.

Anda tertarik?     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×