kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melongok sentra batu akik di Tangerang (1)


Jumat, 04 September 2015 / 16:08 WIB
Melongok sentra batu akik di Tangerang (1)


Reporter: Izzatul Mazidah | Editor: Tri Adi

Anda pecinta batu akik? Jika iya, Anda layak menyambangi sentra batu akik di trotoar Masjid Agung jalan Ki Samaun, Tangerang, Banten. Di sentra ini, ada sekitar 20 pedagang dan perajin yang menawarkan batu akik dan mulia. Dalam sehari, mereka bisa mendapatkan omzet hingga Rp 500.000. Tapi, nilai omzet itu menurun sejak demam batu akik mereda belakangan ini.

Kendati demam batu akik mulai mereda belakangan ini, kondisi itu tak menyurutkan antusiasme para pedagang yang mengail peruntungannya dari bisnis ini. Bahkan, berbagai sentra penjualan batu akik terus menjamur.

Salah satunya sentra batu akik di trotoar Masjid Agung di Jalan Ki Samaun, Tangerang, Banten. Di sentra ini, sedikitnya ada 20 lapak pedagang batu akik. Sentra ini buka sejak pukul delapan pagi hingga lima sore.

Berdasarkan pantauan KONTAN pada pekan lalu, pada siang hari, para pengunjung atau pembeli batu akik di sentra ini berkerumun menyesaki trotoar selebar dua meter itu. Sebagian besar pengunjung adalah kaum pria berumur sekitar 30 tahun-50 tahun.

Seorang pedagang di sentra batu akik Jalan Ki Samaun adalah Saefullah atau yang akrab disapa Epul. Ia berkisah, maraknya pedagang yang berjualan batu akik di kawasan itu mulai terlihat sejak tahun 2014.

Menurut Epul, sejak demam batu akik melanda masyarakat Indonesia pada tahun lalu, ia bersama sejumlah temannya sesama pedagang dari Garut, Jawa Barat, mencoba peruntungannya datang ke Tangerang.

Mereka akhirnya memilih trotoar Masjid Agung sebagai lapak jualan yang dinilainya strategis. "Awalnya saya dan perajin batu akik asal Garut yang berjumlah sekitar 50 orang datang ke Tangerang. Lalu, kami berpencar. Sekitar 30 orang buka lapak di Pasar Anyar Tangerang dan sisanya di sentra ini," kata Epul.

Para pedagang terpaksa menggelar lapak di trotoar jalan lantaran kalah bersaing dengan pedagang di dalam kawasan Festival Cisadane yang harus menyewa stan.

Di trotoar, pedagang hanya perlu bayar sewa kepada keamanan setempat dan bisa mencegat pembeli sebelum mereka masuk ke dalam kawasan tersebut. Dengan berdagang di trotoar, pembeli bisa melihat sambil melintas. Jika tertarik, mereka bisa langsung memarkir kendaraannya di pinggir jalan.

Di sentra ini, Epul menjajakan aneka batu akik dan mulia. Di antaranya, batu akik pancawarna Garut, batu bacan, black opal atau kalimaya, batu merah siam dan giok. Selain akik, Epul juga menjual ikatan cincin.

Harga batu akik dibanderol Epul mulai Rp 100.000 hingga jutaan rupiah. Sedangkan harga ikatan cincin mulai Rp 30.000-Rp 50.000, tergantung jenis bahan. Ada jenis suasa, baja, tembaga dan perak.

Dalam sehari, Epul bisa meraup omzet usaha sekitar Rp 500.000. Namun, Epul mengaku, omzet itu menurun sejak demam batu akik mereda. Pada tahun lalu, kata Epul, ia bisa meraup omzet hingga Rp 1,5 juta per hari.

Pada 2014, dalam sehari saya bisa dapat Rp 1 juta-Rp 1,5 juta. "Sekarang, mah, untuk dapat Rp 500.000 saja susah karena banyak pedagang baru," imbuh Epul.

Pedagang akik lainnya adalah Hamid. Ia hanya menawarkan jasa gosok batu akik. Untuk jasa gosok dan poles batu akik, Hamid membanderol tarif dari Rp 30.000-Rp 70.000.          n

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×