ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT

Hari Ini, Jokowi Resmikan Terminal Teluk Lamong dan APBS

Jumat, 22 Mei 2015 | 05:20 WIB
ER
B
Penulis: Ely Rahmawati | Editor: B1
Foto dari udara, mega proyek Pelabuhan Terminal Multipurpose Teluk Lamong di perairan perbatasan Surabaya dan Gresik Jatim, Selasa (6/5).
Foto dari udara, mega proyek Pelabuhan Terminal Multipurpose Teluk Lamong di perairan perbatasan Surabaya dan Gresik Jatim, Selasa (6/5). (Antara/Eric Ireng)

Surabaya – Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) hari ini dijadwalkan meresmikan revitalisasi Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) dan pembangunan Terminal Teluk Lamong di Surabaya. Kedua proyek besar milik PT Pelabuhan Indonesia III atau Pelindo III tersebut menelan investasi sebesar Rp 4,65 triliun.

Direktur Utama Pelindo III Djarwo Surjanto mengatakan, rampungnya revitalisasi APBS dan pembangunan Terminal Teluk Lamong, menjadikan daya saing Indonesia sebagai negara maritim akan semakin meningkat. Proyek tersebut diharapkan dapat sebagai pemicu bangkitnya sektor maritim di Indonesia khususnya di bidang logistik dan kepelabuhanan.

"Kami bermaksud mengawali kebangkitan maritim Indonesia dari Jawa Timur, dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Kita ketahui bersama kalau Jawa Timur itu bumi Majapahit. Ini momentum yang tepat karena bertepatan dengan perayaan Hari Kebangkitan Nasional," kata Djarwo dalam jumpa pers di Terminal Teluk Lamong di Surabaya, Kamis (21/5).

Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) adalah akses masuk ke kawasan Pelabuhan Tanjung Perak dan sekitarnya. Akses ini berhasil direvitalisasi dengan cara diperdalam dan diperlebar. Sebelumnya, APBS hanya memiliki kedalaman minus 9,5 meter Low Water Sping (LWS) dan lebar 100 meter. Kondisi ini mengakibatkan ukuran kapal yang melalui Pelabuhan Tanjung Perak menjadi terbatas.

ADVERTISEMENT

Pascarevitalisasi, APBS memiliki kedalaman hingga minus 13 meter LWS dan lebar 150 meter. "Dulu APBS hanya bisa dilalui kapal-kapal berukuran 15 ribu deadweight tonnage (DWT). Pasca revitalisasi kapal-kapal yang melalui Pelabuhan Tanjung Perak dan sekitarnya bisa mencapai 80 ribu DWT," tambahnya.

Kondisi tersebut menurut Djarwo sangat menguntungkan, bukan hanya bagi Pelindo III tetapi juga bagi pelabuhan-pelabuhan dan industri yang ada di sekitar Pelabuhan Tanjung Perak. Pabrik pupuk PT Petrokimia Gresik misalnya, sebelum revitalisasi kapal-kapal mereka hanya mampu membawa fosfat 15.000 ton. Kini, dengan alur yang memadai mereka dapat mendatangkan kapal-kapal bermuatan fosfat 60.000 - 80.000 ton.

Tak hanya itu, kapal-kapal pengangkut petikemas yang selama ini hanya mampu mengangkut muatan 1.500 TEUs kini dapat membawa 3.000 TEUs. Kondisi ini tentunya akan berdampak pada daya saing logistik nasional yang berpengaruh pada harga jual barang ke konsumen.

"Dengan kondisi APBS saat ini, memungkinkan Pelabuhan Tanjung Perak membuka jalur pelayaran langsung menuju Tiongkok maupun negara-negara di kawasan Eropa," lanjut Djarwo.

Sementara itu untuk meningkatkan daya saing terminal, Pelindo III membangun Terminal Teluk Lamong. Terminal ini dibangun sebagai perluasan dari Pelabuhan Tanjung Perak sekaligus sebagai solusi over capacity di pelabuhan terbesar kedua di Indonesia itu.

Direktur Teknik dan Teknologi Informasi Pelindo III Husein Latief mengungkapkan, Terminal Teluk Lamong tahap pertama memiliki luas sekitar 40 hektar terminal mulai dibangun sejak 2010 lalu dan dinyatakan selesai pada 2014. Sedianya, terminal ini akan digunakan untuk melayani peti kemas domestik, petikemas internasional, dan curah kering dengan standar pangan.

"Terminal Teluk Lamong tahap pertama ini memiliki kapasitas 500.000 TEUs peti kemas domestik dan 1 juta TEUs peti kemas internasional. Untuk curah kering akan siap tahun 2016 dengan kapasitas 5 juta ton," jelas Husein.

Tercanggih
Terminal Teluk Lamong disebut-sebut sebagai terminal tercanggih dan pertama di Indonesia yang menggunakan sistem operasi otomatis dan ramah lingkungan. Hampir sebagian besar alat-alatnya digerakkan dengan tenaga listrik dan tenaga gas. Hanya beberapa alat yang masih menggunakan bahan bakar minyak, itupun bahan bakar dengan standar EURO 4.

"Bahkan ada alat yang di atasnya tidak ada operatornya. Alat tersebut dioperasikan dari ruang kontrol oleh operator-operator perempuan. Ini untuk meminimalkan risiko kecelakaan di dalam terminal," tambahnya.

Pemilihan alat-alat dengan teknologi canggih itu didasarkan pada semangat untuk mengurangi emisi gas karbon di lingkungan pelabuhan. Selama ini pelabuhan identik dengan kawasan yang kotor dan sebagai sumber polusi udara. Untuk mendukung pasokan tenaga listrik, Pelindo III juga berencana membangun pembangkit listrik tenaga mesin gas. 

Simak berita dan artikel lainnya di Google News

Ikuti terus berita terhangat dari Beritasatu.com via whatsapp

Ikuti Berita-Berita Ekonomi Terkini Hanya di IDTV

Bagikan

BERITA TERKAIT

Jokowi Miris 90 Persen Bahan Baku Farmasi Indonesia Masih Impor

Jokowi Miris 90 Persen Bahan Baku Farmasi Indonesia Masih Impor

EKONOMI
Video: Jokowi Siapkan Transisi Pemerintah Baru

Video: Jokowi Siapkan Transisi Pemerintah Baru

MULTIMEDIA
Jokowi: Strok, Jantung, dan Kanker Penyebab Kematian Tertinggi di Indonesia

Jokowi: Strok, Jantung, dan Kanker Penyebab Kematian Tertinggi di Indonesia

NASIONAL
Jokowi Minta Prabowo-Gibran Langsung Kerja Setelah Dilantik

Jokowi Minta Prabowo-Gibran Langsung Kerja Setelah Dilantik

NASIONAL
Gibran Tanggapi Namanya dan Jokowi Dicoret dari PDIP

Gibran Tanggapi Namanya dan Jokowi Dicoret dari PDIP

NASIONAL
Pantau Harga Sembako, Jokowi Janji Bangun Pasar Baru di Mamasa

Pantau Harga Sembako, Jokowi Janji Bangun Pasar Baru di Mamasa

NUSANTARA

BERITA LAINNYA

Loading..
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ARTIKEL TERPOPULER





Foto Update Icon
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT

B-FILES


Mudik Lebaran 2024: Fenomena Migrasi, Kesiapan Infrastruktur, dan Perputaran Uang

Opini Text

Anak Blasteran

Anak Blasteran

Paschasius HOSTI Prasetyadji