Ekonomi RI Masih Mampu Melaju di Atas 5% (5-Habis)
Rabu, 6 Mei 2015 | 09:02 WIBRespons Pasar
Meski di bawah ekspektasi, pertumbuhan ekonomi kuartal 1-2015 yang diumumkan BPS tak menimbulkan guncangan di bursa saham. Itu karena sebagian investor sudah mengantisipasinya beberapa hari lalu. Selain itu, secara teknikal pasar saham sedang dalam tren rebound setelah terkoreksi cukup dalam pada perdagangan pekan lalu.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) kemarin menguat 19,17 poin (+0,37 persen) ke level 5.160,31. Investor asing kembali mencatatkan net buy Rp 454,84 miliar. Meski demikian, IHSG sempat mengalami tekanan jual. Kalangan investor meyakini IHSG bisa menguat lebih tajam jika pertumbuhan PDB kuartal I-2015 yang dirilis BPS sesuai ekspektasi pasar sebesar 4,9-5, persen.
Analis Reliance Securities Lanjar Nafi mengatakan, secara teknikal IHSG pada hari ini masih mengonfirmasikan pola morning star hingga menyentuh target pertama dari pola bullish butterfly harmonic pattern. "Ada indikasi bila IHSG mampu kembali pada MA200 maka target kedua, yakni 5.325, akan diuji lagi," tutur dia.
Analis Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya juga memproyeksikan laju IHSG hari ini bergerak positif. Arah uptrend akan terkonfirmasi jika IHSG berhasil perlahan meninggalkan level support 5.052 dan menembus level resistance 5.285. "IHSG dalam jangka panjang masih berada dalam kondisi uptrend," ucap dia.
Menurut Kepala BPS Suryamin, para pebisnis secara umum masih meyakini perekonomian ke depan lebih baik dari saat ini. Berdasarkan hasil survei BPS, nilai indeks tendensi bisnis (ITB) pada triwulan II-2015 diprediksi mencapai 109,65, berarti kondisi bisnis diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. "Tingkat optimisme pelaku bisnis diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2015 dengan nilai ITB sebesar 96,30," kata dia.
Dia menjelaskan, kondisi bisnis di semua lapangan usaha pada triwulan II-2015 diperkirakan mengalami peningkatan, kecuali pertambangan dan penggalian yang justru menurun dengan nilai ITB 96,00. Peningkatan bisnis tertinggi diperkirakan terjadi pada lapangan usaha jasa perusahaan dengan nilai ITB 116,05. Adapun peningkatan terendah diperkirakan terjadi pada lapangan usaha informasi dan komunikasi dengan nilai ITB 104,44.
Peningkatan kondisi bisnis pada kuartal II, menurut Suryamin, diperkirakan terjadi karena adanya peningkatan order dari dalam negeri, harga jual produk, dan order barang input. Peningkatan tertinggi untuk order dari dalam negeri dan harga jual produk diperkirakan terjadi pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan.
Di pihak lain, kondisi ekonomi konsumen diperkirakan meningkat yang tercermin pada nilai indeks tendensi konsumen (ITK) kuartal II-2015 yang diperkirakan mencapai 107,91. "Tingkat optimisme konsumen diperkirakan lebih tinggi dibanding kuartal I," tandas dia.
Dia menambahkan, perkiraan membaiknya kondisi ekonomi terutama didorong peningkatan pendapatan rumah tangga, rencana pembelian barang tahan lama, rekreasi, dan pesta atau hajatan. Provinsi yang memiliki perkiraan ITK tertinggi adalah DI Yogyakarta dan terendah Sumatera Utara.
Kepala Riset NH Korindo Securities Reza Priyambada juga percaya perekonomian nasional tahun ini bisa tumbuh di atas 5 persen. Syaratnya, pemerintah harus mempercepat reformasi struktural, seperti menggenjot pembangunan infrastruktur, menggalakkan hilirisasi sumber daya alam, membangun industri dasar dan industri barang modal, melakukan diversifikasi energi, serta memangkas anggaran subsidi dan mengalihkannya ke sektor-sektor produktif.
Menurut Reza, infrastruktur diperlukan untuk menekan biaya logistik dan menciptakan konektivitas ekonomi, sedangkan hilirisasi dibutuhkan untuk menghasilkan barang bernilai tambah tinggi. "Industri dasar dan barang modal juga harus dibangun untuk menghasilkan produk substitusi impor, sehingga defisit neraca transaksi berjalan dapat ditekan," tutur dia.
Dalam jangka pendek, kata Reza, pemerintah harus menggenjot penyerapan APBN secara lebih berkualitas. Selain itu, investasi harus didorong melalui kebijakan-kebijakan yang business friendly. "Belanja pemerintah dan investasi harus dipacu karena motor pertumbuhan lainnya, yaitu konsumsi rumah tangga dan ekspor-impor masih tertekan," papar dia.
Tak kalah penting, menurut Reza Priyambada, pemerintah harus menjaga daya beli masyarakat. "Saat subsidi BBM dikurangi, pemerintah seharusnya bisa mengendalikan harga kebutuhan pokok. Namun yang terjadi malah sebaliknya," tutur dia.
Reza mengakui, pasar masih menunggu gebrakan-gebrakan pemerintahan Jokowi-JK untuk memperbaiki kondisi ekonomi makro. "Kalau ekspektasinya terlalu tinggi dan realisasinya tidak sesuai bayangan, investor tentu akan kecewa," tegas dia.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News
Ikuti terus berita terhangat dari Beritasatu.com via whatsapp
BERITA TERKAIT
BERITA LAINNYA
Sesi I, IHSG Betah di Zona Merah
B-FILES
Usaha Pencegahan Stunting dari Hulu ke Hilir Melalui Penetrasi Teknologi Akuakultur pada Budidaya Ikan
Luciana Dita Chandra MurniAnak Blasteran
Paschasius HOSTI PrasetyadjiMengatasi Masalah Kesehatan Wanita Buka Peluang Tingkatkan Kehidupan dan Perekonomian
Raymond R. Tjandrawinata