Beda pendapat Mengenai Surat Wasiat Akseyna

Analisa tulisan tangan Akseyna di surat wasiatnya pada 14 April 2015.
Sumber :
  • Handwriting Analyst @deborahdewi

VIVA.co.id - Polda Metro Jaya menyatakan bahwa hasil uji laboratorium forensik atas surat yang ditemukan di kamar Akseyna Ahad Dori diketahui identik dengan tulisan tangan asli Akseyna. Hal ini disampaikan Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Heru Pranoto kepada wartawan saat konfrensi pers di JCC Senayan, Jakarta, Senin 20 April 2015.

Doa Ayah Akseyna di Kasus Kopi Beracun Mirna

"Tulisan di surat yang ditemukan di kamar kos Akseyna identik dengan tulisan tangan asli Akseyna," ujar Kombes Heru.

Walau dinyatakan identik, Heru mengatakan, polisi belum dapat menyimpulkan apakah Akseyna dibunuh atau bunuh diri.

Misteri Munculnya Kucing Buntung Pasca Tewasnya Akseyna

Kematian mahasiswa UI bernama Akseyna Ahad Dori di Danau Kenanga UI, memang masih menjadi misteri dan belum dapat ditentukan oleh polisi. Walaupun polisi sudah menyatakan identik berdasar hasil uji labfor.

Pernyataan Heru berbanding terbalik dengan analisis yang dilakukan oleh seorang Grafolog atau analis tulisan tangan, Deborah Dewi beberapa waktu lalu melalui akun twitternya @Deborahdewi.

Kasus Akseyna, Kasus Pembunuhan Tersulit 2015

Deborah mengaku tetap pada keyakinan dan analisanya bahwa tulisan di surat wasiat itu kemungkinan berbeda dengan tulisan tangan asli Akseyna.

"Berkali-kali saya melihat, menganalisa dan menelaah ulang. Dan hasil analisa saya tetap sama. Bahwa kemungkinan besar tulisan tangan tersebut berbeda," kata Deborah kepada VIVA.co.id. Senin 20 April 2015.

Menurut Deborah ada sejumlah unsur penting yang membuat keyakinannya begitu besar bahwa tulisan tangan di surat wasiat itu berbeda dengan tulisan asli Akseyna.

"Akan lebih mudah apabila saya jelaskan ketika bertemu langsung. Karena saya bisa mengajak untuk praktek langsung sehingga bisa tahu unsur apa yang membuat keyakinan saya begitu besar," kata Deborah.

Walaupun begitu, kata Deborah, ia mengaku ada dua kelemahan dalam proses analisa yang dilakukannya.

"Pertama, saya tidak memegang dokumen asli surat wasiat tersebut atau minimal softcopy scan high res-nya," lanjut Deborah.

Lalu kedua, dokumen pembanding atau sampel asli tulisan tangan Akseyna yang dimilikinya adalah sudah 1,5 tahun lalu. "Idealnya saya menggunakan dokumen pembanding dalam rentan kurun waktu 6 bulan terakhir," tambahnya.

Walaupun begitu, Deborah mengatakan dimana dari tulisan tangan bisa diketahui karakter seseorang, dan karakter dasar seseorang sangat kecil sekali kemungkinannya. Maka dokumen pembanding yang 1,5 tahun lalu tetap bisa dijadikan dasar pembanding.

"Karena bagaimanapun juga karakter manusia itu ada unsur nature-nya. Turunan genetik dari orang tua. Unsur inilah yang hampir mustahil berubah dengan pengaruh lingkungan seperti apapun juga," katanya.

Hal itulah, lanjut Deborah, yang terjadi dalam tulisan tangan manusia. Sekalipun berubah maka unsur karakter yang nature hampir mustahil berubah. "Tetapi segala kemungkinan tetap ada meskipun kecil," katanya.

Deborah menyatakan dirinya tidak tahu Puslabfor menggunakan metode apa dalam melihat dan menganalisa surat wasiat Akseyna.

"Namun saya juga tidak meragukan kemampuan petugas negara kita. Hanya saja berbekal sampel yang terbatas, sekali lagi saya telaah pun hasilnya tetap sama. Sebanyak 75 persen tidak identik," katanya.

Ia menambahkan agar hasil analisanya seratus persen, maka dirinya membutuhkan dukungan terhadap dua kelemahan di atas. "Yakni data pendukung," ujarnya.

Dengan niat baik, kata Deborah, dirinya pun dengan senang hati bersedia membantu pihak yang berwajib jika dibutuhkan. "Jika berkenan saya juga bersedia untuk mendemokan teknis verifikasi yang saya lakukan," ujarnya.

Selanjutnya saya serahkan pihak yang berwajib atau publik yang menilai. Saya berharap semoga semakin ada titik cerah terhadap kasus ini," tutup Deborah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya