kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menyulap resto lama menjadi tempat nongkrong


Kamis, 26 Maret 2015 / 10:10 WIB
Menyulap resto lama menjadi tempat nongkrong
ILUSTRASI. Ingin Perpanjang SIM? Catat Jadwal SIM Keliling Bekasi Hari Ini 14/10/2023


Reporter: J. Ani Kristanti, Marantina | Editor: Tri Adi

Kegiatan nongkrong sudah akrab di telinga masyarakat kita. Biasanya ini dilakukan oleh anak muda. Kalau dulu pilihan utama untuk nongkrong adalah mal, kini ada alternatif lain yang bisa dipilih.

Misalnya saja toko ritel yang dikombinasikan dengan tempat makan. Di tempat seperti ini, banyak orang berkumpul atau nongkrong berjam-jam. Makanan yang ditawarkan beragam mulai dari makanan ringan sampai makanan berat.

Akan tetapi, tempat nongkrong seperti itu menimbulkan kesan negatif. Lantaran, pemuda yang nongkrong di situ kerap merokok dan mengonsumsi minuman keras. Padahal, banyak anak sekolah yang nongkrong di tempat yang sama.

Kekhawatiran dampak negatif dari tempat itu membuat Muchlis Yusuf memunculkan konsep baru tempat nongkrong. Ia menamai tempat nongkrong miliknya Bintaro Peoples Market (BPM). Sebenarnya, dulu lokasi seluas 1.500 m2 di sektor 7 Bintaro, Tangerang Selatan, itu digunakan untuk restoran Burger ‘n Grill miliknya.

Namun, kehadiran beberapa pusat perbelanjaan di Bintaro membuat tempat ini seperti terkepung. Angin persaingan semakin kencang. “Di mal yang satu ada 30 tempat makan, sementara di mal yang lain lagi ada 50 tempat makan, jadi kami merasa tak boleh kalah saing,” kata Muchlis.

Itu alasan Muchlis merombak restorannya menjadi sebuah tempat nongkrong baru. Restoran miliknya masih ada tetapi konsepnya diubah. Sekarang, Burger ‘n Grill hanya menyediakan 10 jenis menu pilihan yang memang digemari pengunjung. Namun, jenis minumannya tetap sama.

Ia membangun beberapa kios atau stall untuk disewakan. Letaknya tidak hanya di dalam ruangan tapi juga di luar ruangan dekat lapangan parkir. Total kios yang disewakan berjumlah 13 buah. Masing-masing kios diisi oleh pengusaha makanan dan distro yang rata-rata berdomisili di Bintaro.

Muchlis menuturkan, ketika mulai dibangun pada akhir tahun lalu, antusiasme pengusaha dan pengunjung sangat bagus. Buktinya, hanya dalam dua pekan, semua kios yang ia sediakan terisi. Bahkan, ada sekitar 80 pengusaha lain yang masih mengantre di BPM.

Meski demikian, Muchlis menyeleksi para pengusaha yang mau bergabung di BPM. Kriteria utama ialah merek produk yang dijualkan sudah kuat. Ini bisa membantu promosi tempat yang tergolong baru ini.

Lantas, masing-masing penyewa kios tak boleh menawarkan produk yang sama atau bahkan mirip. Tujuannya agar pengujung punya banyak pilihan. Sekarang, BPM menampung beberapa merek usaha, seperti Martabak Boss, Cheese Chicken, Pasta Counter, Nachos Letta’s Chicken, sate ayam RSPP, Breadpop, Cliff Noodl Bar,
Barade Jajanan Bandung, Bintaro Stocks Concept Store, dan Kedai Biji Kopi.

Harga menu yang ditawarkan ramah di kantong. Berbagai makanan dan minuman yang ada di BPM berkisar Rp 15.000 hingga Rp 75.000 per porsi. Bahkan ada beberapa porsi makanan atau minuman yang bisa dinikmati sekitar dua orang–tiga orang.

Muchlis memperkirakan konsep tempat nongkrong seperti BPM akan semakin populer. Apalagi pemerintah DKI Jakarta mengeluarkan moratorium pembangunan mal. “Jadi, masyarakat akan lebih tertarik kumpul di tempat yang konsepnya baru karena rata-rata sudah bosan ke mal,” kata dia.

Pria kelahiran 2 Mei 1968 ini bilang, sasaran utama untuk usaha ini memang anak muda dan keluarga. Nah, setelah dibuka, BPM memang tak pernah sepi disambangi oleh pengunjung mulai anak-anak hingga orang tua.


Lokasi ciamik

Menurut Muchlis, ia memang sengaja mengisi kios untuk jenis makanan yang bisa dinik-mati semua umur. Jadi, dari anak kecil hingga orang dewasa punya pilihan menu yang beragam di tempat kongko ini.

Masing-masing penyewa dikenakan biaya sewa Rp 4 juta– Rp 12 juta per bulan. Muchlis bilang, ia juga menerima tawaran bagi hasil untuk usaha yang memang belum bisa bayar sewa tempat. “Ada beberapa UKM yang punya produk tapi modalnya terbatas. Saya terbuka dengan pilihan revenue sharing, kalau sudah ada uang mereka baru bayar,” ujarnya.

Biaya listrik dibebankan pada penyewa. Tapi, BPM menyediakan karyawan untuk membersihkan tempat serta pelayan tambahan untuk membantu karyawan penyewa. Masing-masing pengisi kios sudah menyediakan kasir. Dus, pembayaran langsung masuk ke kantong penyewa.

Muchlis mengaku merogoh kocek Rp 2 miliar untuk mengubah konsep restorannya menjadi tempat nongkrong. Pembangunan kios berlangsung selama tiga minggu. Kios yang dibangunnya pun cukup unik, hingga memancing orang untuk datang. Untuk kios di luar ruangan dibuat dari kontainer yang disulap jadi tempat usaha, dengan warna-warna ceria.

Desain interior pun dibuat sehangat mungkin dan menarik. Penataan kursi benar-benar dipertimbangkan supaya tak saling mengganggu privasi pengujung. BPM bisa menampung hingga 250 pengunjung.

Jam operasional kios juga diatur agar suasana BPM tetap hidup. Dimulai dari kedai bubur yang buka dari jam 6.00, berlanjut ke Cheese Chicken jam 10.00, Sate Ayam RSPP jam 12.00, dan kios-kios lain yang buka hingga pukul 24.00.

Jadi, pemasukan Muchlis dari usaha ini berasal dari penyewaan kios. Di samping itu, Burger ‘n Grill masih menjual makanan dan minuman. “Semua pengunjung harus beli minuman di restoran saya, jadi masih ada pemasukan tambahan,” katanya. Dari restoran, Muchlis bisa mengantongi omzet Rp 200 juta per bulan. Targetnya, Bintaro Peoples Market sudah balik modal dalam lima tahun.

Saking menariknya konsep ini, Muchlis sudah ditawari untuk membuat konsep tempat nongkrong serupa di Bumi Serpong Damai, Banten. Di lahan seluas 6.000 meter persegi, rencananya Muchlis akan membuka tempat serupa tahun ini.

Ada satu hal yang jadi kunci kesuksesan Bintaro Peoples Market, yakni lokasi strategis. BPM terletak pada jalur pulang. Muchlis mengatakan hal yang dianggap sepele ini sangat menentukan suatu usaha bakal berhasil atau tidak. “Bila terletak di jalur berangkat, sulit untuk dikunjungi karena orang sudah punya tujuan. Kalau di jalur pulang, orang senang mampir dulu atau beli makanan untuk orang rumah,” tuturnya.

Selain itu, tempat parkir juga harus luas dan aman. Muchlis juga menyediakan lapangan parkir yang bisa menampung 30 buah mobil.

Di sisi lain, BPM terletak di kawasan permukiman. Menurut Muchlis, Bintaro juga punya banyak komunitas, sekolah, tempat kursus, dan kantor. Ini membuat Bintaro memang butuh tempat nongkrong seperti yang BPM tawarkan.

Pamor terdongkrak Pasar Santa

Anda belum pernah ke Pasar Santa? Beberapa orang bisa jadi menganggap Anda tidak gaul. Pasar satu ini ramai dibicarakan terutama di media sosial. Kalau di pasar lain identik dengan kumuh dan becek, berbeda dengan Pasar Santa.  

Bagi warga Jakarta, nama Pasar Santa kerap terdengar setahun belakangan ini. Ya, pasar ini memang telah bereinkarnasi dari pasar tradisional menjadi tempat nongkrong anak muda. Bahkan selebritas hingga pejabat pernah menyambangi pasar yang terletak di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, ini.  

Pasar ini pernah direnovasi pada 2007 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Sutiyoso. Perubahan besar-besaran terjadi pada pertengahan 2014. Saat itu kios-kios di Pasar Santa diisi oleh pengusaha muda yang menyajikan beragam produk, baik kuliner maupun mode. Salah satunya, kedai kopi ABCD yang jadi pelopor kebangkitan Pamor Pasar Santa dan berhasil mendongkrak pamornya sebagai tempat nongkrong kalangan anak muda.

Muchlis Yusuf, pemilik Bintaro Peoples Market, mengatakan, di Jakarta belum ada tempat nongkrong yang punya konsep seperti usahanya. Ia menyebutkan Pasar Santa sebagai salah satu tempat nongkrong yang tenar. Awalnya, dia pun tergugah untuk mengubah konsep restonya lantaran melihat keberhasilan Pasar Santa.

Muchlis mengadopsi konsep tempat nongkrong dari luar negeri. “Konsep awalnya adalah pop up market. Lalu saya ubah restoran saya menjadi Bintaro Peoples Market karena lokasinya mendukung,” ujarnya.

Menurut dia, konsep ini bisa diterapkan asal ada lokasi yang benar-benar strategis. Dan, karena kuliner jadi andalan, tentu saja, tempat nongkrong harus menyediakan makanan dan minuman yang memang nikmat. Untuk menarik minat pengunjung, Muchlis meletakkan tempat duduk di dalam dan luar ruangan. Pengunjung di BPM bisa mencapai 500 orang tiap harinya. Tiap akhir pekan, BPM juga menyajikan penampilan musik secara langsung.

Rencananya, Muchlis akan bekerjasama dengan komunitas-komunitas untuk menyelenggarakan acara di BPM. “Semua orang bisa membuat acara di BPM. Syaratnya cuma satu, yang penting beli makan dan minum di sini,” tutur dia.              

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×