kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis keluarga sudah turun temurun (2)


Senin, 02 Maret 2015 / 16:55 WIB
Bisnis keluarga sudah turun temurun (2)
ILUSTRASI. Cara Memasak Pare Agar Tidak Pahit, Khasiat Pare Bagus Untuk Gula Darah


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Rizki Caturini

Bisnis batu akik dan batu mulia di Pasar Batu Cahaya Bumi Selamat (CBS), Martapura, Kalimantan Selatan merupakan bisnis keluarga yang terus diturunkan ke anak cucu. Tak heran, bila bisnis terus eksis selama puluhan tahun.

Saat ini, mayoritas pedagang batu adalah generasi kedua atau ketiga. Selain, ada juga yang baru membuka gerai karena sudah mempunyai cukup modal setelah bergabung dengan saudara atau orang tuanya.

Seperti Nurjannah yang baru membuka tokonya empat bulan lalu. Dia menjelaskan, bila usahanya saat ini adalah usaha patungan keluarga. "Di rumah semuanya juga jualan batu," katanya.

Pedagang lain, Halil baru membuka usahanya setelah bekerja dengan sang ayah. "Saya ingin buka toko sendiri dan kebetulan semua keluarga juga jualan batu di sini," katanya.

Di tengah booming baru akik, Pasar CBS pun semakin ramai dikunjungi pembeli. Mereka bebas memilih aneka batu yang dijual para pedagang. Batu yang dijual bukan saja dari daerah Kalimantan, tetapi juga dari luar negeri.

Salah seorang pedagang, Nurjannah, misalnya, menjual berbagai macam jenis batu akik seperti safir, merah delima, merah borneo, dan lainnya. Selain itu, dia juga menjual batu giok asli hingga imitasi, hingga mutiara sintetis. Untuk melengkapi gerainya dia juga menjual aneka aksesori seperti bros hingga tas manik-manik khas Kalimantan Selatan.

Perempuan berhijab ini membanderol harga jual produknya mulai Rp 15.000 untuk bros hingga ratusan juta untuk batu berlian dengan kadar tinggi. Sayangnya, Nurjannah tidak pernah memajang batu intan koleksinya.

Dalam sebulan, perempuan berkulit putih ini bisa mengantongi omzet hingga puluhan juta rupiah. "Kalau keuntungannya lumayan," katanya pada KONTAN. Selain menjual batu yang sudah siap pakai, Nurjannah juga menjual batu akik mentah alias bahan.

Menurut Nurjannah, cukup banyak pelanggan yang sengaja membeli batu bahan. Nantinya, batu itu mereka gosok sendiri lalu dijual lagi.
Saat KONTAN mengunjungi sentra ini pada awal Februari 2015 lalu, dia memperlihatkan batu jenis merah borneo dengan berat sekitar 1 kilogram (kg). Batu tersebut dihargai sekitar Rp 1,5 juta.

Dia mengaku, batu mentah harganya jauh lebih murah karena belum dilakukan proses penggosokan. Di Kalimantan, batu jenis ini banyak dicari orang  karena warnanya yang menarik dan menyala saat dipakai.

Nurjannah banyak mendapat pasokan batu dari daerah Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Di daerah ini memang terdapat lokasi penambangan batu intan dan batu alam lainnya.

Sementara Halil tidak hanya mengambil batu akik dan intan dari wilayah Banjarbaru. "Saya juga mengambil dari luar negeri. seperti Srilanka, Arab, Afrika, dan lainnya," katanya.

Halil mengaku tidak mempunyai kendala mendatangkan batu impor karena sudah mempunyai koneksi. Menurutnya, batu impor ini banyak dicari konsumen.    

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×