kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45925,22   -10,30   -1.10%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Awalnya ingin bekerja di kapal pesiar (2)


Jumat, 30 Januari 2015 / 14:30 WIB
Awalnya ingin bekerja di kapal pesiar (2)


Reporter: Izzatul Mazidah | Editor: Havid Vebri

Sejak masih duduk di bangku kuliah, I Putu Ngurah Sudarma sudah bertekad terjun ke dunia usaha. Namun, ia sadar untuk merintis bisnis perlu modal besar. Makanya, begitu lulus kuliah dari STIE Pariwisata Yapari Aktripa Bandung, Sudarma mencoba peruntungan dengan mencari pekerjaan di industri jasa kapal pesiar.

Dengan bekerja di kapal pesiar, kesempatan mengumpulkan modal terbuka lebar karena mendapatkan gaji lumayan tinggi. Ia pun mencoba melamar ke beberapa perusahaan kapal pesiar terkenal. Misalnya ke Royal Caribbean, Holland America Line, dan Carnival Cruise line.

Setelah beberapa kali mengajukan lamaran, ia selalu ditolak. Bahkan, Sudarma pernah tertipu oleh salah satu agen cruise line di Jakarta sebesar Rp 40 juta pada tahun 2006. "Sampai sekarang uang itu tidak kembali," ujarnya.

Padahal, uang itu berasal dari pinjaman orang tuanya ke seorang rentenir di kampung halamannya dengan bunga yang sangat tinggi. Untuk mendapatkan pinjaman itu, ayahnya sampai mengagunkan sertifikat tanah pamannya.

Merasa tidak ada peluang bekerja di kapal pesiar, akhirnya ia memutuskan bekerja di sebuah spa milik temannya yang berkewarganegaraan Australia. Baginya saat itu bekerja di spa hanya iseng sambil menunggu ada keajaiban dipanggil bekerja di kapal atau uang Rp 40 juta bisa kembali.

Setelah tujuh bulan bekerja di spa, akhirnya ia memastikan peluang bekerja di kapal pesiar sudah tertutup karena tak ada kabar. Begitu juga dengan uang Rp 40 juta yang dibawa kabur agen penyalur tenaga kerja. "Untungnya saat stres itu saya tidak bunuh diri," kenangnya. Saat tengah gundah gulana itu, ia merasa terhibur karena diizinkan menikah dengan wanita pilihannya.

Pada September 2007, Sudarma memutuskan keluar dari tempat spa milik temannya itu. Gaji yang didapatkan tidak cukup buat mencicil utang ayahnya. Setelah keluar, Sudarma memberanikan diri untuk membuka tempat spa sendiri. Untung, ayahnya masih mau membantu dengan mencarikan pinjaman sebesar Rp 60 juta dengan jaminan sertifikat tanah warisan kakeknya.

Uang itu dipakainya buat mengontrak tanah dan bangun tempat pijat yang sederhana beserta isi dan peralatannya. Sudarma memilih membuka spa di Ubud karena daerah ini memiliki aura spiritual dan seni budaya yang sangat kuat. Ubud adalah desa international.

Hampir semua warga negara di seluruh dunia menetap di Ubud, baik untuk berlibur, bisnis, bekerja, istirahat atau menghabiskan masa pensiun. "Bisnis spa adalah tempat yang paling tepat untuk mencurahkan imajinasi dan passion saya" ujarnya.      

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×