kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,47   7,12   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Memotret peluang tinggi dari drone foto selfie


Minggu, 25 Januari 2015 / 16:32 WIB
Memotret peluang tinggi dari drone foto selfie
ILUSTRASI. Salah satu perbedaan Belgian Waffle dan American Waffle terletak pada ketebalan adonan


Reporter: Rani Nossar | Editor: Rizki Caturini

Kata selfie mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Bagi yang aktif di sosial media, pasti akrab dengan istilah ini. Selfie atau foto narsis adalah jenis foto potret diri yang diambil sendiri dengan menggunakan kamera digital atau telepon kamera.

Foto selfie juga bisa menggunakan alat bantu yang biasa disebut tongsis atau selfie stick. Bagi mereka yang gemar ber-selfie, kini ada cara baru yang sedang tren untuk mengambil gambar. Yakni, dengan memakai drone.

Drone adalah pesawat kecil tanpa awak yang dikendalikan remote control. Dengan alat ini, penggemar selfie dapat mengambil gambar dari atas. Jangkauannya lebih tinggi dari tongsis.

Belakangan, permintaan drone selfie ini terus meningkat. Tak heran, kini banyak toko menjual drone, baik di pusat-pusat perbelanjaan maupun toko online.
Salah satunya adalah Budhi Putra. Ia mengaku sudah menjual drone selfie sejak November 2014 di Jakarta. Menurutnya, pemakaian drone selfie bermula di Amerika pada awal 2014.  

Budhi mengimpor drone dari Inggris. Untuk memasarkan drone, ia membuka toko yang diberi nama Budh One Drone. "Saya hanya menjual barang dari Inggris merek Zano karena paling banyak peminatnya," katanya.

Budhi tertarik menjual drone karena hobi memainkan pesawat remote control. Saat ini, eksistensi drone di Indonesia kian diperkuat dengan hadirnya sejumlah komunitas.

Kebetulan, Budhi juga anggota Komunitas Drone Indonesia dan sering kumpul di Gelora Bung Karno, Jakarta. Sejak itu ia terpikir menjual drone. "Dalam sebulan, saya bisa jual 30 unit ke berbagai kota, seperti Jakarta, Semarang, Palembang, dan Manado," katanya.

Dari penjualan sebanyak itu, Budhi bisa menghasilkan omzet Rp 35 juta. Ia bilang, banyak mengira drone sama dengan helicam. Meski sama-sama dikendalikan remote, namun daya jangkauan helicam lebih besar dan hasil fotonya lebih tajam.

Sedangkan drone masih terbatas dan kameranya hanya 2 megapiksel-5 megapiksel dan bisa dikendalikan dari ponsel Android atau iPhone. "Drone hanya untuk hobi. Sedangkan helicam untuk profesional membuat hotel, bangunan, militer," kata dia.

Ia menjual drone mulai harga Rp 800.000–Rp 1,5 juta.  Selain XZano, ia menjual drone merek Syma dan Parrot. Merek Syma ini harganya paling murah.
Pemain lainnya adalah Mulis Mujianto dari Surabaya. Ia menjual drone produk Amerika Serikat dan China.  Mulis banyak menjual drone dengan merek Dji Phantom yang kualitas gambarnya sudah definisi tinggi.

Ia menjual drone sejak setahun ini. "Awalnya untuk kebutuhan pribadi," ujarnya. Pada awalnya ia memesan langsung dari e-bay dan ternyata banyak peminatnya. Produk drone-nya dihargai mulai Rp 4,5 juta–Rp 15 juta. Dalam sebulan ia bisa menjual 10 unit drone, dengan omzet Rp 20 juta.        n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×