ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT

Ekonom: BI-OJK Harus Jaga Kepercayaan Pasar

Kamis, 18 Desember 2014 | 10:20 WIB
B
B
Penulis: BeritaSatu | Editor: B1
Ilustrasi perdagangan valuta asing
Ilustrasi perdagangan valuta asing (JG Photo/Safir Makki)

Yogyakarta - Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perlu berkoordinasi intensif meningkatkan kepercayaan pasar guna menekan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

"Perlu meyakinkan investor bahwa otoritas ekonomi Indonesia akan mampu mengelola perekonomian dengan baik," kata ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Sri Adiningsih di Yogyakarta, Kamis (18/12).

Menurut Sri, jika investasi modal asing langsung (foreign direct investment/FDI) dapat terus digenjot maka nilai tukar rupiah masih ada harapan untuk pulih kembali.

"Secara teori, bila pasokan dolar meningkat, sementara permintaan sedikit, maka rupiah akan menguat," kata guru besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM ini.

ADVERTISEMENT

Menurut dia, gencarnya arus keluar modal asing dari pasar finansial Indonesia saat ini disebabkan beberapa faktor di antaranya ketidakpastian apakah suku bunga akan dinaikkan atau diturunkan.

"Karena kita semua masih menunggu keputusan Bank Sentral AS (The Fed) apakah akan menaikkan atau menurunkan (suku bunga)," katanya.

Faktor lainnya, lanjut dia, saat ini pasar juga mulai merasakan tekanan inflasi akibat dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi serta rencana kenaikan tarif listrik yang memengaruhi stabilitas perekonomian Indonesia.

Oleh karena itui, Bank Indonesia (BI) yang juga sebagai penjaga pasar valas, kata dia, harus mampu meminimalkan volatilitas rupiah. Sementara Otoritas Jasa Keuagan (OJK) harus memastikan pergerakan pasar modal berlangsung aman.

"Jika sudah bisa dijamin aman, maka investor asing tidak akan berbondong-bondong membawa dananya ke luar (Indonesia)," kata dia.

Sementara itu, dia mengakui Indonesia selama ini sudah terlalu bergantung pada portofolio, serta utang asing jangka pendek dengan jumlah yang cukup besar.

Dengan ketergantungan itu, kata dia, mengakibatkan sistem keuangan Indonesia memiliki potensi volatilitas yang tinggi.

Sehingga, jika ekonomi internasional sedikit mengalami goncangan akan mudah memengaruhi sistem keuangan Indonesia, terutama di pasar valas dan IHSG.

"Pelaku pasar modal aktor utamanya kini sudah bukan investor Indonesia. Surat berharga juga sepertiganya sudah diserap asing," kata Sri Adiningsih.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News

Ikuti terus berita terhangat dari Beritasatu.com via whatsapp

Ikuti Berita-Berita Ekonomi Terkini Hanya di IDTV

Bagikan

BERITA TERKAIT

Rupiah dan Mata Uang Asia Anjlok pada Perdagangan Selasa 7 Mei 2024

Rupiah dan Mata Uang Asia Anjlok pada Perdagangan Selasa 7 Mei 2024

EKONOMI
BI Optimistis Inflasi 2024 Tetap Terjaga Dalam Kisaran 2,5±1%

BI Optimistis Inflasi 2024 Tetap Terjaga Dalam Kisaran 2,5±1%

EKONOMI
QRIS Dongkrak Omzet dan Tabungan UMKM di Tepi Danau Toba

QRIS Dongkrak Omzet dan Tabungan UMKM di Tepi Danau Toba

EKONOMI
QRIS Kenakan Biaya Tambahan 0,3%, BI: Ditanggung Merchant, Bukan Konsumen

QRIS Kenakan Biaya Tambahan 0,3%, BI: Ditanggung Merchant, Bukan Konsumen

EKONOMI
BI Proyeksi Pembiayaan Korporasi Maret Naik Ditopang Perdagangan dan Konstruksi

BI Proyeksi Pembiayaan Korporasi Maret Naik Ditopang Perdagangan dan Konstruksi

EKONOMI
BI Proyeksi Ekonomi Kuartal I 2024 Lebih Tinggi dari Kuartal IV 2023

BI Proyeksi Ekonomi Kuartal I 2024 Lebih Tinggi dari Kuartal IV 2023

EKONOMI

BERITA LAINNYA

Loading..
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ARTIKEL TERPOPULER





Foto Update Icon
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT