Demonstran Dibubarkan, Jalan Utama Hong Kong Kembali Dibuka

Kondisi Nathan Road di Hong Kong
Sumber :
  • REUTERS/Bobby Yip
VIVAnews - Usai polisi membubarkan para demonstran pada Rabu kemarin, jalan utama Nathan yang berada di Distrik Mongkok, Hong Kong, mulai hari ini dibuka kembali. Sebelumnya, jalan terdiri dari enam lajur itu tidak bisa dilalui selama dua bulan. 
Pernah Dampingi Gibran ke Papua, Bahlil Bantah Tudingan Tak Netral

Stasiun berita Channel News Asia, Kamis, 27 November 2014 melansir, pemimpin demonstran yang telah ditangkap, Joshua Wong dan Lesther Shum dibawa ke kantor polisi. Hal itu disampaikan oleh seorang anggota Partai Liga Demokrat Sosial, Raphael Wong. 
SIM Mati Bisa Diperpanjang, Tidak Perlu Bikin Baru

Melalui akun media sosial, Wong menyebut mereka bertiga ditahan di kantor polisi Kwai Chung. 
Masyarakat Diimbau Waspada Terhadap Penawaran Paket Umrah dan Haji Harga Murah

"Saat ini saya tengah berada di kantor polisi Kwai Chung. Di samping saya adalah Joshua dan Lester. Kami telah didakwa menghina pengadilan dan menghalangi para pejabat publik, sehingga kemungkinan kami tidak akan dibebaskan menggunakan jaminan," tulis Wong pada Rabu malam kemarin. 

Bahkan, besar kemungkinan hari ini, ketiganya akan langsung disidang. Sementara, polisi tidak dapat memberikan alasan penangkapan ketiganya ketika dikonfirmasi oleh media. 

Ketegangan kembali terlihat pada Rabu kemarin, usai sehari sebelumnya terjadi bentrokan di Mongkok. Saat itu, polisi mencoba membubarkan demonstran menggunakan semprotan merica. 

Mongkok merupakan lokasi terjadinya sebagian besar tindak kekerasan yang dimulai sejak massa menduduki area tersebut pada 28 September lalu. 

Dalam bentrokan itu, polisi telah menahan sebanyak 148 orang, termasuk remaja laki-laki berusia 14 tahun. Sementara, sebanyak 22 petugas polisi terluka. 

"Jika kami kalah di sini, maka kami tidak akan kehilangan nyali. Kami dapat menduduki tempat lain. Tidak harus selalu di sini," ujar salah satu demonstran, Kelvin Ng. 

Repons petisi

Aksi pembubaran paksa pada Rabu kemarin, merupakan kali ketiga dilakukan. Insiden itu dilakukan berdasarkan perintah Pengadilan Tinggi Hong Kong. Pengadilan merespons petisi yang diajukan oleh pengelola gedung dan operator transportasi publik yang merasa terganggu dengan adanya aksi unjuk rasa di Mongkok. 

"Tolong patuhi perintah ini dan segera pergi," ujar juru sita pengadilan sebelum memulai operasi pembubaran. 

Warga sipil yang mengenakan kaus "I Love HK" dan topi baseball warna merah, lalu mulai memindahkan barikade yang menghalangi jalan. Namun, para demonstran sempat bersikukuh tidak mau pindah. 

"Kami tidak akan pergi. Sejak awal memang aksi ini sudah ilegal dengan atau tidak adanya perintah pengadilan," kata salah seorang pengunjuk rasa yang menggunakan helm berwarna kuning dan masker. 

Alhasil, polisi ikut menahan 150 para pengunjuk rasa. Sementara, mereka berhasil membersihkan kamp unjuk rasa yang tidak terlalu besar di area sekitar Mongkok. 

Para pengunjuk rasa yang terdiri dari para siswa itu memprotes pembatasan dari Pemerintah Tiongkok mengenai siapa yang akan memimpin Hong Kong pada tahun 2017 mendatang. Menurut ketentuan Pemerintah Tiongkok, semua kandidat harus melalui persetujuan Beijing. 

Sementara, di mata para demonstran, mereka khawatir, hal tersebut akan menghasilkan pemimpin Hong Kong yang lebih pro kepada kebijakan Pemerintah pusat di Beijing. 

Dalam beberapa kesempatan, demonstrasi berhasil menarik massa hingga puluhan ribu orang untuk berunjuk rasa di jalan-jalan. Namun, massa kian hari kian menciut, khususnya dalam beberapa pekan terakhir. 

Salah satunya, karena mereka mulai kehilangan momentum. Sementara, publik mulai merasa terganggu dengan adanya aksi unjuk rasa tersebut. 

Baca juga: 

 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya