Jogja
Kamis, 30 Oktober 2014 - 22:40 WIB

8 Peringatan Dini Banjir Lahar Hujan Disiagakan di Lereng Merapi

Redaksi Solopos.com  /  Nina Atmasari  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Banjir lahar hujan di Kali Gendol pada musim hujan. (JIBI/HARIAN JOGJA/dok)

Harianjogja.com, SLEMAN—Delapan unit Early Warning System (EWS) telah disiapkan untuk memantau aktivitas sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman menyatakan, seluruh EWS dalam kondisi prima dan siap disiagakan.

Advertisement

Kepala Bidang Kesiapsiagaan Bencana BPBD Sleman, Heru Saptono mengungkapkan, secara keseluruhan, Sleman memiliki 13 EWS.

“Namun, satu EWS berfungsi sebagai penakar hujan dan empat lainnya digunakan dalam pemantauan ancaman awan panas,” kata Heru, Rabu (29/10/2014).

Heru menambahkan, delapan EWS banjir lahar hujan mayoritas berada di sepanjang Sungai Gendol dan Opak. EWS dipasang pada sejenis tower yang tingginya sekitar 12-24 meter.

Advertisement

Sebelumnya, Kepala Dinas Sumber Daya Air, Energi, dan Mineral (SDAEM) Kabupaten Sleman, Sapto Winarno mengungkapkan, pihaknya juga telah mempersiapkan antisipasi banjir lahar hujan. Pihaknya menyediakan lebih dari 1.200 beronjong dan 32.000 karung yang digunakan untuk membuat tanggul sementara.

Dinas SDAEM Sleman pun giat menyiapkan sarana dan prasarana lain serta meningkatkan kualitas petugas di lapangan.

“Kami sepakat dengan BPBD agar teman-teman di lapangan dibekali dengan kemampuan mitigasi bencana banjir lahar hujan,” ungkap Sapto, beberapa waktu lalu.

Advertisement

Sementara itu, BPBD Sleman telah melakukan beberapa pelatihan mitigasi bencana, khususnya banjir lahar hujan, bagi masyarakat dan relawan di wilayah rawan.

Menurut Heru, hal itu dibutuhkan agar masyarakat tidak bingung saat menghadapi bencana sesungguhnya. “Kami sudah beberapa kali menggelar geladi lapangan dan simulasi,” ucap Heru.

Heru mengungkapkan, masyarakat dan relawan juga dibekali pengetahuan tentang penetapan status banjir lahar hujan, yaitu normal, siaga III, siaga II, dan siaga I.

“Jika sudah siaga I, artinya aliran banjir lahar hujan sudah dalam kapasitas besar. Masyarakat di sekitar sungai harus diungsikan ke titik-titik kumpul. Tentunya kelompok rentan lebih diprioritaskan, yaitu ibu hamil, ibu menyusui, anak-anak, lansia, dan difabel,” katanya menerangkan.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif