Professor & Mesin Waktunya

Alkisah, di suatu hari yang cerah, Dennis datang mengunjungi Professor Michael di laboratoriumnya. Baru saja dia mau membunyikan bell, tiba-tiba Professor membuka pintunya.

“AKHIRNYAAA… AKHIRNYAAAA… HUAHAHAHAHAHA!?”, teriak Professor sambil menguncang-guncangkan badan Dennis

“Ppp…prrrofff”

“AKHIRNYA, DENNIS. AKHIRNYAAA. HUAHAHAHAHAHA!?”

“Iii… iya, Prof. AKHIRNYAAA. HUAHAHAHAHAHA!?”

“HUAHAHAHAHA!”

“HUAHAHA… eh bentar. Kita lagi ‘HUAHAHAHAHA’-in apa sih?”

“…”

“Abisnya, baru juga saya dateng, eh Professor udah ketawa aja. Saya pikir tadi ada yang masukin es batu ke dalem celana Professor.”

“Bukan, Dennis. Bukan. Ini lebih hebat daripada es batu yang masuk ke dalam celana. Kamu tau kan kalo seminggu ini saya sibuk bertapa di dalam lab ini?”

“Taaa…”

“NAH! Selama seminggu ini, saya berhasil menciptakan tiga penemuan terbesar di abad ini! Luar biasa! Ini saatnya kamu tepuk tangan!”

Daripada tepuk tangan, kayaknya Dennis lebih memilih buat mukul Professor labil ini pake bangku karena ga dikasih kesempetan buat ngomong dari tadi.

“Sakarepmu wis, Prof”

“Ayo masuk. Saya udah ga sabar menunjukkannya ke kamu.”

“Errr… Prof…”

“Ya?”

“Ga pake di gandeng juga sih. Kita cuma berdua lho di sini. Saya takut, nanti Professor khilaf.”

“…”

Dennis pun mengikuti Professor ke dalam labnya. Dengan tidak digandeng lagi tentunya. Dia melihat sekeliling. Baru seminggu ga main ke sini, kondisi lab Professor udah mirip kayak kebun binatang yang bangkrut karena kekurangan dana. Bukan ga mungkin ketika ngebersihin lab ini nanti, Professor bakal nemuin bangkai orang utan yang nyelip di sela sela mejanya.

“Silahkan duduk, Dennis. Saya akan langsung menunjukkan penemuan pertama saya sekarang. Sebentar.”

Dengan setengah berlari, Professor mengambil satu benda berbentuk persegi dari mejanya. Banyak digit angka di atasnya.

“Nah, ini penemuan pertama saya. Kamu pasti bakal terkagum-kagum.”

“Apanya yang spesial?”

“Alat ini adalah kotak ajaib. Dia bisa mengalahkan kepintaran Einstein sekalipun. Tidak ada yang bisa menandingi kejeniusannya. Dia bisa menghitung penjumlahan, bahkan perkalian angka berapapun dan menunjukkan hasilnya dalam sekejap! Huahahahaha! Saya akan beri nama Kal…”

“..kulator.”

“Lho, kok kamu tau? Siapa yang sudah membocorkan penemuan saya ini?!”

“Itu udah lama ditemukan, wahai sumpit mie ayam”

Ada hening yang cukup lama diantara mereka berdua. Lamaaaaa banget. Saking lamanya, sampe sampe penulis awal cerita ini memutuskan pensiun dan meminta penulis lain untuk meneruskannya.

“Oke-oke. Gimana dengan penemuan kedua saya? Bentuknya emang simple. Panjang, dan agak elastis. Tapi jangan pernah meragukan kemampuannya! Dia bisa mentransfer zat cair dalam sekejap mata! Huahahaha!”

“Prof… itu namanya sedotan. Banyak banget di warteg ujung gang sana!”

Professor Michael langsung duduk jongkok di pojokan sambil mengais-ngais tanah karena kecewa penemuan yang dianggap “hebat” ini ternyata udah lama ditemukan.

“Prof, for God’s sake, Professor udah lama ga nonton berita, ya? Itu kan udah lama banget ditemuin.”

“Dari masa remaja, saya ga punya waktu buat mengikuti perkembangan dunia, Den. Sebelum jadi Professor, saya atlit yang lumayan sibuk soalnya”

“Oh ya? Kok saya baru tau? Atlit bidang olahraga apa, Prof?”

“Bidang lempar…”

“Lembing?”

“…masalah”

“…”

“Iya, jadi waktu muda saya hobi banget lempar masalah ke temen saya. Itu termasuk atlit, kan?”

“Prof, tau monyet?”

“Ah, ya sudahlah, lupakan dua penemuan saya tadi. Saya mau nunjukkin penemuan yang ke tiga. Penemuan yang paling susah dari semua penemuan yang pernah saya buat. Gara-gara benda ini, saya sampe males mandi!”

“Lho, kalo males mandi, bukannya emang udah dari dulu?”

Kemudian terdengar suara teriakan seorang pemuda yang disetrum oleh seorang Professor karena kesal.

“Ini dia penemuan ketiga saya. Hebat, kan? HUAHAHAHAHAHA!?”

“Iniii… kan sprei..”

“HUAHAHAHA.. Ha? Sprei? Eh, sorry, saya lupa ngebuka sprei yang menutupnya.”

Sambil menunggu Professor selesai membuka sprei yang menutup penemuannya, Dennis sibuk mencari benda tumpul buat mukul Professor karena dendam gara-gara di setrum tadi.

“INI DIA PENEMUAN KE TIGA SAYA. MESIN WAKTU!?”, tunjuk Professor ke sebuah mobil bekas di depannya.

“Mesin waktu? Itu kan cuma mobil bekas, Prof”

“Ini bukan sekedar mobil bekas biasa. Saya sudah memodifikasinya supaya bisa melakukan perjalanan melintasi waktu. Siapapun yang menaiki benda ini, bisa kembali ke masa lalu atau ke masa depan sesuka hatinya.”

“Wuooohhh, keren, Prof! Bisa buat ketemu mantan?”

“Ini bukan biro jodoh! Udah, kita langsung test aja. Kamu mau main ke zaman apa?”

“Ke zaman dinosaurus, Prof. Saya ngefans banget sama T-rex!”

“Lo kate T-rex biduan dangdut pake ngefans segala? Ini saya kasih kamu walkie talkie yang sudah saya modif juga. Jadi di zaman manapun kamu berada, kamu masih bisa komunikasi dengan saya melalui alat ini.”

“Oke”

Dennis pun masuk ke dalam mesin waktu dan memasang sabuk pengaman. Professor Michael bersiap mengoperasikan penemuannya ini dan membawa Dennis ke jutaan tahun yang lalu. Sebuah masa dimana belum ada Indomaret dan SPG-SPG seksi yang nawarin rokok.

“Gimana rasanya naik mesin waktu?”, tanya Professor melalui walkie talkie setibanya Dennis di tujuan.

“Berasa kayak naik Metro Mini. Ugal-ugalan”

“Yah, namanya juga masih versi beta. Cepet, kamu cari T-rex sekarang. Amati perilakunya dan buat laporan buat penelitian saya selanjutnya.”

“Oke, Prof. Eh tapi…”

“Apa lagi?”

“Di sini sepi banget. Kalo Feni Rose ngeliat, bakal langsung dibikin apartemen kali, ya?”

“…”

Sebagai orang yang tergila-gila sama zaman pra sejarah, Dennis seneng banget bisa main ke zaman ini. Dia langsung bernafsu buat mencari dinosaurus favoritenya, T-rex. Ga berapa lama jalan, dia berhasil nemuin sekawanan T-rex.

“PROF, SAYA BERHASIL NEMUIN T-REXNYA, PROF!?”

“Bagus, Dennis. Sekarang tolong ceritakan, sedang apa mereka?”

“Mereka lagi asik saling menyerang, Prof. Ganas banget.”

“Hah? Saling menyerang? Dari buku yang pernah saya baca, ga ditemuin satu catatan pun kalo T-rex bisa menjadi kanibal. Ini penemuan besar, Dennis! GOOD JOO..!”

“Eh-eh, tapi kok cara mereka berantem aneh, ya?”

“Aneh gimana?”

“Iya, ini mereka berantemnya berpasangan. Trus salah satunya, ada yang naik ke punggung lawannya gitu.”

“Niss…”

“Ya?”

“ITU MEREKA LAGI KAWIN MASSAL! BUKANNYA LAGI BERANTEM!?”

“Lah, tapi kok ga ada penghulunya?”

Professor pun langsung menulis di buku catatannya:

“Note to self: untuk penelitian selanjutnya, saya harus membuat sebuah alat yang bisa memukul orang melintasi waktu. Oh, satu lagi, jangan pernah menyuruh orang idiot untuk menjadi relawan mesin waktu!”

“PROF, GAWAT, PROF!”

“Ada apa lagi, Dennis? Kamu mau bilang kalo kotoran T-rex itu sebesar Mall di Jakarta?”

“BUKAN. SALAH SATU DARI T-REX ITU ADA YANG MELIHAT SAYA. SEKARANG SAYA SEDANG DIBURU OLEH DIA!”

“LAH, KOK BISA JADI RUNYAM GINI? LAGIAN KAMU SIH, PAKE NGINTIPIN T-REX KAWIN SEGALA. KAMU KALO LAGI MALAM PERTAMA TRUS DIINTIPIN JUGA BAKALAN BETE, KAN?”

“SEKARANG SAYA HARUS GIMANA?”

“SEBENTAR, SAYA BERPIKIR DULU.”

“CEPETAAAN!”

“OKE, GINI AJA. GIMANA KALO KITA MATIIN CAPSLOCKNYA DULU? KASIHAN YANG BACA CERITA INI. PASTI MEREKA PUSING!”

“Ide bagus, Prof. Trus gimana lagi?”

“Kamu cari sebuah gua, trus bersembunyi di dalamnya”

Dennis berlari setengah mati menghindar dari kejaran T-rex yang bete karena diintipin saat sedang kawin massal. Dalam hati, Dennis menyesal pernah ngefans sama T-rex. Tau begini, mending ngefans sama Agung Hercules aja, pikirnya.

“Dennis, gimana keadaan kamu sekarang?”

“Saya berhasil lolos dari kejaran T-rex tadi, Prof. Tapi sekarang, ada berita baik dan berita buruk.”

“Berita baiknya?”

“Ternyata, gua yang saya tempati sekarang ini adalah tempat dimana mobil mesin waktu kita diparkir. Saya berhasil nemuin mesin waktunya.”

“BAGUS! Lalu berita buruknya apa?”

“Gua ini adalah sarang dari spesies kucing purba raksasa yang bergigi taring panjang. Sewaktu nyampe, ternyata ban mobil kita mendarat tepat di atas ekor pemimpin mereka. Sekarang, para kawanannya yang lain lagi sibuk berdiskusi bagian tubuh saya yang mana yang bakal mereka makan terlebih dahulu.”

“LAH KOK BISA JADI GITU? OKE, TENANG DENNIS. JANGAN PANIK. KAMU HARUS TENANG. POKOKNYA, JANGAN PANIK!?”

“YANG PANIK MALAH ANDA, PROF!?”

“Ummm. gini aja, kamu harus diam tenang. Berpura pura jadi orang lain. Mungkin dengan cara ini, mereka bakal melepaskan kamu.”

“Tapi kalo saya malah dijadiin cemilan gimana?”

“Udah, ikuti aja perintah saya. Sebentar lagi, saya akan mengirim kamu kembali ke masa ini lewat walkie talkie yang kita pake buat komunikasi sekarang. Ini adalah mesin waktu cadangan kalo-kalo, mobil mesin waktunya rusak.”

Dennis mengikuti perintah dari Professor Michael. Beberapa menit lewat, tapi ga ada kabar dari Dennis. Professor pun cemas. Dia langsung menekan tombol untuk mengembalikan Dennis ke zaman sekarang.

“Dennis, kamu gapapa?”

“Ya menurut ngana?”, jawab Dennis, lemas.

“Kok badan kamu jadi kotor dan penuh tanah gini? Emang apa yang udah terjadi?”

“Professor ingat soal ide mengalihkan perhatian yang Professor saranin ke saya tadi?”

“Iya, terus?”

“Saya mengikuti saran Professor. Dan emang sih, berhasil. Para kawanan kucing purba itu pergi meninggalkan saya. Tapi sebelumnya, mereka beramai-ramai mengubur saya”

“Lho, kok bisa gitu? Emangnya kamu nyamar jadi apa?”

“Kotoran kucing.”

“…”

Leave a comment