kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kerap menjadi pembicara tenun ke mancanegara (2)


Rabu, 23 Juli 2014 / 15:22 WIB
Kerap menjadi pembicara tenun ke mancanegara (2)
ILUSTRASI. Manfaat buah kiwi untuk kesehatan.


Reporter: Rani Nossar | Editor: Rizki Caturini

Kendati sudah mengenal dunia tenun sejak kecil, Alfonsa Raga Horeng tidak langsung terjun di industri ini. Begitu tamat SMA, ia pun hijrah ke Kota Surabaya, Jawa Timur.

Di Kota Pahlawan ini ia melanjutkan studi di Fakultas Teknologi Pangan, Universitas Katolik Widya Mandala. Begitu tamat kuliah, Alfonsa tidak langsung pulang ke Flores.

Selama tinggal di Surabaya ini, Alfonsa benar-benar melupakan dunia menenun. Apalagi, begitu lulus kuliah, ia sempat bekerja di salah satu perusahaan di Surabaya. Namun, bekerja dengan orang lain membuatnya tidak berkembang.

Akhirnya ia memutuskan pulang ke Flores. Berhenti bekerja dan pulang ke Flores mengubah nasib Alfonsa. Di tanah kelahirannya ini, terbersit rencananya memproduksi kain tenun secara masal.

Apalagi, saat itu, banyak turis mancanegara yang berkunjung ke Flores sangat antusias melihat tenun ikat khas Flores. "Mereka suka dengan motif yang tidak pernah mereka temui," ujarnya.

Tahun 2002, Alofonsa mulai berbisnis kain tenun secara serius dengan mendirikan Lepo Lorun, yang dalam bahasa Flores berarti Rumah Tenun.
Awal merintis usahanya, Alfonsa kerap berkeliling desa untuk melakukan riset dan mengajak para perempuan muda untuk menenun. "Selama ini yang menenun hanya perempuan yang sudah lanjut usia," ujarnya.

Dalam menekuni usaha ini, Alfonsa fokus menggunakan bahan-bahan alami. Pewarna yang digunakan, misalnya, tidak mengandung bahan kimia. Untuk bahan pewarna ini langsung mengambil dari alam, seperti buah mangga, mengkudu, pohon nila, kunyit, dan lainnya.

Untuk menemukan bahan pewarna ini, ia bersama timnya melakukan riset terlebih dahulu. Ia juga menanam kapas untuk memenuhi kebutuhan bahan baku benang pintal.

Dalam proses pembuatan, seluruhnya memakai alat tenun manual. Alfonsa bilang, dalam pembuatan satu kain tenun, harus melewati 45 tahapan, mulai dari menggulung, mengikat hingga pewarnaan yang bisa memakan waktu enam sampai sembilan bulan.

Bagi dia, tenun ikat bukan saja mata pencarian masyarakat Flores, tapi juga identitas lokal. Di Flores, tenun ikat biasa digunakan untuk pakaian sehari-hari, pernikahan, kematian, tarian, dan mas kawin

Semua upaya dan komitmennya dalam memajukan tenun ikat Flores tidak sia-sia. Sering berjalannya waktu, kain tenun Lepo Lorun miliknya mulai mendapat respon positif dari pasar, baik di dalam negeri maupun mancanegara.

Bahkan, Alfonsa kini sering mondar-mandir ke luar negeri sebagai pembicara dalam misi kebudayaan serta pembuatan produk ramah lingkungan.
Tidak jarang, ia juga membawa langsung para penenun dari Flores ke luar negeri untuk memperagakan langsung cara membuat kain tenun ikat. "Mereka senang sekali karena saya bisa berbagi ilmu, dengan mereka. Mereka sangat suka dengan produk handmade, daripada buatan mesin, " kata dia.

Menurut Alfonsa, para penenun yang bekerja dengannya sudah sangat berpengalaman. Bahkan, mereka juga kadang turut mendesain motif kain yang akan diproduksi.         n

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×